Part: 38

551 12 0
                                    

JANGAN LUPA!

Follow Instagram: @rembulan.wp
(ganti username)
Wattpad: @pena_rembulan
TikTok: story.rembulan_
.
.
.
.
.
.
.
Typo tandain!

🏵️Happy Reading🏵️


“Kecelakaan itu sudah takdir, dia sudah tenang di sana. Saya juga sedang berusaha ikhlas atas kejadian itu,” ucap seorang laki-laki yang duduk di sofa ruangan ini.

Hafizha termenung sedari tadi, masih mencerna apa yang terjadi, ia begitu terkejut mendengar kabar ini. Sesuatu yang tidak pernah terlintas di benaknya, sedikit pun tidak. Mengapa ini harus terjadi? Ia bahkan baru bertemu dengan dia beberapa waktu lalu, lantas sekarang pergi tanpa bersapa dahulu?

“B-bisa ceritakan bagaimana itu terjadi?” tanya Hafizha hati-hati.

Ia tidak berdua, ada seorang wanita paruh baya yang duduk di bangku tepat di samping bad hospital seraya menggenggam telapak tangan Hafizha. Gadis itu tak protes, ia hanya diam membiarkan. Otaknya seolah berhenti bekerja, sulit untuk menerima fakta menyakitkan ini.

Laki-laki itu mengangguk, tapi ia tidak menatap ke arah Hafizha. Hanya Memandang lurus dinding putih itu.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara rinci, karena ketika itu terjadi saya tidak berada di tempat kejadian. Penjelasan ini saya sampaikan sesuai dengan saksi mata yang menyaksikan dan rekaman CCTV di sana,” ungkap laki-laki itu.

“Tepat pukul dua siang, kala itu sedang terjadi macet cukup lama di daerah sana. Saat itu dia berniat untuk pulang karena jam kuliah yang sudah selesai, dia sempat memberi kabar kepada saya, mengabarkan jika jalanan macet cukup parah. Bahkan kami menelpon lumayan lama, seraya menunggu katanya. Dia menyetir sendiri, seperti biasanya. Ketika gadis itu berkata macet akan berakhir, dia meminta izin untuk mematikan panggilan, saya menyetujui. Namun, semua perkiraan saya salah, saya mengira setelah ini kami akan bertemu dan saya cukup senang karena ingin melamarnya, tapi takdir berkata lain. Pukul setengah empat sore saya mendapatkan kabar jika terjadi kecelakaan beruntun di jalan sama yang di lalui olehnya, banyak korban karena kecelakaan itu.

Awalnya saya berharap dia sudah pergi dari sana, karena jangka waktu yang sedikit jauh dari saat saya mematikan panggilan, tapi di sini ternyata saya yang sedikit terlambat mendapatkan kabar. Kecelakaan terjadi beberapa menit setelah panggilan kami berakhir.”

“Saya masih berharap untuk bisa bertemu dengannya, harapan itu benar terjadi. Kami bertemu, tapi bedanya dia tidak baik-baik saja. Ingatan saya tidak akan pernah lupa bagaimana banyaknya darah bersimbah di pakaian putihnya, kemeja panjang berwarna putih dan jilbab biru itu ternodai dengan warna merah yang pekat, cukup mengerikan jika dilihat, tapi saya tidak peduli akan itu. Ketika dalam penanganan medis, dia sempat tersadar.” laki-laki itu tiba-tiba berhenti bersuara. Ia tidak mengeluarkan setetes air mata pun, tetapi tatapan kosong di matanya tidak bisa dihindari.

“Maaf, jika tidak ingin dilanjutkan___”

“Tidak, saya akan tetap melanjutkan.” Netra hazel milik laki-laki itu bergerak menatap ke arah Hafizha, hanya sejenak, lalu kembali menatap dinding putih di hadapannya.

“Seorang perawat menyampaikan jika dia ingin bertemu dengan keluarganya, tetapi perawat itu juga mengatakan tidak boleh banyak orang. Keluarganya, mengizinkan saya untuk masuk. Pemandangan pertama yang saya dapatkan adalah melihat banyaknya alat medis ditubuhnya, pakaian bersimbah darah itu sudah tak ada, saya lega saat itu. Tidak banyak yang kami bicarakan, karena keadaan yang tidak memungkinkan, tetapi ada satu pesan yang cukup membekas untuk saya dan mungkin juga keluarganya. Dia berkata keadaannya tidak akan mungkin lagi bisa terselamatkan, dia ingin membantu seseorang untuk bisa bertahan hidup. Setidaknya ia masih bisa membantu, disisa waktunya. Dia menginginkan untuk mendonorkan jantungnya untuk mu, dia bahkan menyebutkan namamu walau dengan suaranya yang terdengar lirih itu. Keadaannya memang cukup parah, Dokter juga mengatakan hal yang sama,” jelas laki-laki yang memakai hodie berwarna hitam itu.

Dia, Hafizha (ENDING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang