Part: 19

521 14 0
                                    

"Dan kamu akan pergi kesana besok, persiapkan diri mu, Hafizha."

"Satu lagi, usahakan jika putri saya tidak mengetahui tujuan sebenarnya kedatangan mu."

Hafizha termenung memikirkan perkataan dosen nya itu, sedari tadi gadis itu hanya diam di dalam kamarnya. Hafizha sudah meminta izin kepada orang tuanya, mereka mengizinkan walau ada sedikit pro dan kontra tadi. Menghela napas gusar Hafizha merasa penelitian ini tidak sesederhana seperti yang dia pikirkan.

Melirik koper yang telah ia siapkan dengan isi yang cukup menampung keberadaannya di sana selama dua minggu. Besok ia akan pergi meninggalkan rumah ini, sebentar.

Melihat jam yang masih menunjukkan pukul sembilan malam membuat Hafizha kebosanan. Tujuannya sekarang tidur, namun suara notifikasi menyita lamunannya.

Pak Dospem anh🤓
Online

Hafizha, tadi saya sudah berkomonikasi dengan anak pemilik pesantren itu yang kebetulan sekampus dengan mu. Berkata jika dia setuju atas penelitian berkedok misi yang seperti kamu bilang ini.
Jadi besok kamu siap-siap, bawa keperluan yang memang kamu butuhkan. Jangan hubungi saya jika itu tidak penting, soalnya saya sibuk dan letih menghadapi orang-orang di sekitar saya yang aneh sama seperti kamu.

Me
Wa'alaikumussalam. Baik, Pak.

Bapak ngetik panjang amat, nggak bisa dijeda, Pak?

Kamu ingin menghina saya karena tidak mengucapkan salam, iya?!

Hafizha yang membaca balasan dari sang Dosen menghembuskan napas dalam. Siapa yang tidak emosi coba?
Segala di bilang ia aneh lagi, nggak SD dosennya ini, huh.

Me
Loh, saya baru sadar bapak tidak mengetik salam. Biasanya bapak kan selalu mengucapkan salam, Pak.

Kamu menyindir saya, Hafizha?!

Me
Ya ampun, Pak. Mana ada seperti itu, saya memang tidak menyadari, beneran dah.

Halah kamu beralasan!

Me
Pak, saya mau mempersiapkan barang-barang, saya off duluan, Pak.
☑️☑️

Menyebalkan jika sudah seperti ini langsung di read, sudahlah ia tidak ingin menambahi lagi. Percuma berhadapan dengan Dosennya itu hanya bisa sedikit menguras emosi, ingat sedikit.

Hafizha akhirnya meletakkan ponsel nya di atas meja yang jauh dari tempat tidur, tidak lupa ia men-charge benda itu.

Baru setelah nya ia beranjak ke tempat tidur dan merebahkan diri, bersiap-siap menyelami mimpi dengan kasur empuk, sebelum besok ia mendapatkan ceramah dari sang Dosen.

Sedikit informasi, meletakkan ponsel di atas kasur atau di bawah bantal ketika sedang tidur itu tidak di perbolehkan, maka dari itu Hafizha selalu menjauhkan ponsel nya saat ia akan tidur.

°°°

Dengan semua keletihan yang terjadi beberapa jam lalu, serta kelebihan khawatir sang Papa membuat Hafizha menghela napas lega ketika sudah melewatinya.
Masih tetap pada posisi yang sama, merentangkan kedua tangan, tubuh yang dijatuhkan ke kasur. Berbeda saat tadi malam, suasana disiang hari di dalam bangunan sepi ini membuat Hafizha sedikit tenang dan nyaman. Walaupun bukan pertama kali dia datang ke tempat ini, tetapi ini pertama kali ia beristirahat di salah satu fasilitasnya.

Sepertinya ia tidak di tempatkan pada kesendirian terbukti dari barang-barang serta kasur-kasur yang ada di ruangan ini. Tidak banyak, sekitar empat kasur dengan warna sprai yang berbeda, juga lemari-lemari yang di hiasi berbagai tulisan arab dan stickers lucu.
Apakah ia bergabung dengan santriwati di sini? Mungkin saja.

Sesaat sampai di pondok pesantren yang sampai sekarang gadis itu belum ketahui namanya, ia di sambut dengan keramahan yang jarang di temui. Sangat ramah bahkan, walau ia baru berjumpa beberapa orang saja. Dari wajah yang berbinar menyambut kedatangannya seperti ia adalah tamu penting___tidak! Mungkin itu hanya bayangannya saja. Karena pada nyatanya mereka hanya tersenyum, tidak lebih__ingat hanya tersenyum. Baguslah berarti masih banyak yang belum mengetahui kedatangannya.

Tetapi terlepas dari itu semua ia dapat merasakan aura positif yang mereka berikan padanya. Tadi ia di antar oleh salah satu santriwati di sini untuk datang ke ruangan yang sedang ia nikmati kenyamanan nya.
Tak berselang lama ketika sampai santriwati itu pergi dengan sebuah pesan  "Ini kamar kamu, nanti saya datang lagi setelah selesai kelas."

Tentu Hafizha yang tak tau-menahu hanya mengangguk sebagai balasan.
Sebenarnya dia sedikit penasaran dengan semua isi dari pesantren ini, dari pandangan yang dia perhatikan terlihat jelas jika pesantren ini adalah pondok pesantren besar, lihat saja dari bangunan terkhusus wanita sudah senyaman dan luas ini, padahal Hafizha baru bertemu beberapa gedung saja, ini hanya asrama, bagaimana dengan kelas belajar mereka? Dan asrama khusus laki-laki juga belum dia lihat, mereka terpisah. Tidak sembarangan orang juga bisa masuk ke sana.

Hafizha sudah sedikit mengerti dengan peraturan pesantren yang tidak asing di masyarakat. Namun, itu hanya peraturan umum, bagaimana dengan peraturan yang sesungguhnya? Dia mulai penasaran.

Tok

Tok

Tok

"Assalamu'alaikum, Mbak."

Bergegas bangkit dari rasa nyaman nya, Hafizha meraih jilbab instan yang tadi sempat ia lepas lalu memakai nya kembali. Berjalan sedikit terburu-buru menuju arah suara, gadis itu membuka pintu yang tadi ia kunci.

"Wa'alaikumussalam, iya?" jawab Hafizha setelah bertemu dengan sosok yang mengantar nya ke ruangan ini.

Hafizha melihat perempuan berkerudung itu masuk dan mengambil alih pintu untuk menutup nya.

"Mbak__?" seraya mengulurkan tangannya sebagai perkenalan.

"Hafizha." ia menerima uluran telapak tangan itu.

"Mbak Hafizha, salam kenal. Oiya sampai lupa! Ada pesan dari Gus untuk Mbak, agar bertemu dengan, Buk Nyai." mereka berdua masih tetap pada posisinya, dengan Hafizha yang mengernyit heran.

"Ada urusan apa?"

"Saya tidak tau, Mbak. Ayo ikut." perempuan itu menarik pelan pergelangan tangan Hafizha, lalu berjalan keluar kamar. Tidak lupa dia mengunci pintu.

'Terus tadi kenapa di tutup coba?'

.
.
.
.
.
.
.
.

•••
Bersambung
•••

Aku juga nggak terlalu jelas mengetahui tentang kegiatan di ponpes, karena aku bukan santri. Tapi karena author kalian yang nekat ini  ingin membuat cerita dengan latar ponpes, ya sudah.
Jadi jika ada kesalahan atau adegan yang memang berbeda dengan ponpes sebenarnya ya aku minta maaf.

Nikmati saja senyamannya, perlu di ingat jika cerita ini hanya lah fiksi
Sebagai hiburan untuk kalian saja.

Terimakasih



Dia, Hafizha (ENDING) Where stories live. Discover now