Part: 26

505 14 0
                                    

JANGAN LUPA!
Follow Instagram: @rembulan.wp
(ganti username)
Dan Wattpad: @pena_rembulan

.
.
.
.
.
.
.
🕊️HAPPY READING🕊️
and
SEMOGA SUKA
dengan part kali ini


Saat ini masih jam istirahat, maka dari itu Hafizha meminta kepada Syafa untuk mengajaknya ke kantin yang ada di sini.
Hafizha menatap sekeliling nya yang tampak ramai dengan para santriwati yang membeli makanan ataupun minuman. Kantin ini di sediakan khusus untuk santriwati, sedangkan untuk santri ada di sebelah barat.
Karena tempat belajar para santri ada di depan, untuk santriwati di bagian belakang. Mereka dibatasi dengan tembok dan dua pagar hitam yang tinggi.

Hafizha hanya menikmati makanannya sesekali menatap sekitar, ia mencari seseorang.

Syafa ada di depannya, gadis itu hanya diam menikmati makanan. Ngomong-ngomong mereka berdua memesan mie ayam yang kata Syafa terkenal di sini. Hafizha bisa menyimpulkan kenapa ini terkenal karena ini memang benar-benar enak.

"Mbak Hafizha, gimana enak kan?" Syafa tiba-tiba bertanya.

"Alhamdulillah, ini mantap sih. Aku jarang makan makanan seperti ini, dan ini enak banget!" semangat Hafizha menjelaskan.

"Jarang?" Syafa juga heran kenapa Hafizha jarang memakan ini, seharusnya tinggal di kota akan lebih mudah menemukan makanan.

Hafizha terkekeh pelan melihat raut bingung gadis di depannya ini, dengan cepat ia menjawab,
"Iya jarang, soalnya kalau makan pas lagi ingin aja." gadis itu menuangkan air putih di cangkir miliknya, lalu meminumnya.

Sebenarnya itu alasan kedua, karena alasan pertama adalah sang Papa yang melarang. Orang tuanya itu tidak mengijinkan ia untuk makan sembarangan, apalagi makanan yang terlalu banyak air. Hafizha maklum akan itu.

"Oh, untung sekarang lagi ingin ya, kalau enggak pasti Mbak nggak akan merasakan makanan enak ini." Hafizha hanya tertawa pelan menanggapinya.

Beberapa menit keheningan melanda, sampai sebuah suara pecahan mengalihkan perhatian kedua gadis itu.

Pyar

"Lo bisa bawa nya nggak sih? Begitu aja jatuh, mau caper?!" teriak sesorang perempuan.

Di tempat yang tidak jauh dari keberadaan Hafizha dan Syafa, berdiri dua orang perempuan muda berseragam sama seperti santriwati yang lain, dan satu perempuan muda yang terlihat berjongkok sambil membersihkan pecahan itu.

"Bisa dengar nggak?!" salah satu perempuan yang berdiri itu menarik kasar lengan perempuan yang berjongkok.
Hafizha bisa jelas melihat jari perempuan yang ditarik lengannya itu berdarah.

"Kamu itu ya cuma anak beasiswa di pesantren ini, jadi jangan banyak gaya kalau nggak bisa ganti makanan kita yang kamu buat jatuh! Dasar anak haram!" perempuan itu tanpa hati mencaci.

"Aku bukan anak haram..." Hafizha dapat melihat gerak bibir yang menggumamkan sesuatu.

Hafizha melihat ke arah Syafa yang dari tadi fokus ke tempat perkelahian itu, ia juga memandangi sekitar nya yang tidak ada membantu, seakan ini adalah tontonan seru. Bahkan ia tidak mendapati orang-orang bergerak dari bangkunya, saat ini hanya Hafizha dan Syafa yang berdiri. Sungguh miris.

Dia, Hafizha (ENDING) Where stories live. Discover now