Chap - 32

177 15 1
                                    

Revan mendengus kasar menatap rachel yang terjatuh dilantai bersama buku bukunya.

"Aduh sakit banget" rachel mengusap lututnya yang sedikit memerah karena terbentur lantai.

Sebenarnya revan tidak menyukai rachel namun revan masih punya hati untuk tidak meninggalkan rachel sendirian dengan kondisi menyedihkan.

"Van kamu"

Buku buku yang tadi berserakan kini sudah tertata rapi, revan berdiri dari jongkoknya sembari menatap tajam rachel.

"Sisanya lo bisa sendiri kan?"

"Iy---ya makasih van" rachel mencoba berdiri namun tak mampu menahan berat tubuhnya karena dalam keadaan kakinya sakit, alhasil rachel terjatuh kedalam pelukan revan.

Jeha yang berniat ketoilet malah menyaksikan pemandangan yang memuakkan. "Brengsek!" mengumpat dan memilih kembali kekelas.

Dikelas vio terus melirik jeha yang terus melamun. Sekembalinya dari toilet jeha sudah aneh dimata vio, ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.

Teng Teng

Pas sekali waktu istirahat. Violin langsung merapatkan kursinya kekursi jeha.

"Kenapa lo je? sakit ya"

"Gak"

"Terus gue liat daritadi lo ngelamun aja, ada sesuatu yang ganggu pikiran lo"

Jeha menggeleng dan menelungkupkan kepalanya dimeja. Menyebalkan memang, bayang bayang kejadian revan berpelukan dengan rachel terus muncul dikepalanya.

"Ah sial!"

Violin nampaknya kaget mendengar umpatan jeha. Fiks sahabatnya itu tengah ada masalah.

"Kantin yuk je"

"Gue gak dulu"

Violin mendesah panjang "Ayo dong je lo kenapa? jangan bikin gue khawatir gini, gak biasanya lo murung gini"

"Kantin sana entar keburu bel"

Jeha mengusir violin dengan halus. Bukannya apa jeha masih belum yakin dengan apa yang dilihatnya jadi jeha pikir untuk sekarang tidak akan menceritakannya dulu pada violin.

"Oke oke! gue kekantin, lo mau nitip"

"Susu kotak"

Violin mengacungkan jempol lalu melenggang pergi menyisakan jeha sendiri dikelas.

Diperjalanan menuju kantin violin bertemu revan.

"Jeha mana?"

"Kelas"

"Oke"

Begitulah revan. Cukup cuek dengan orang lain, tapi jika bersama jeha sangat cerewet.

"Gue heran jeha betah banget sama cowok modelan revan, setengah bisu"

Violin melanjutkan jalannya. Dikantin violin menatap datar pemandangan didepannya, azka dengan rachel makan dimeja yang sama, cuma berdua!

"Ka boleh minta minum kamu gak, punya aku habis"

Azka tanpa banyak kata menggeser gelas minumnya. Rachel menerimanya dengan senyuman manis, sebelum bibir rachel mencapai pinggiran gelas seseorang lebih dulu merampasnya.

Azka melongo melihat violin yang menegak minumannya sampai habis tak bersisa "Sorry gue haus banget"

"Tapi itu minuman azka"

"Oh punya azka ya" violin beralih menatap azka dan mengangkat gelas kosongnya "Gue minta gpp kan?"

"Tapi ka aku yang minta lebih dulu"

"Gpp" balas azka menatap violin dan mengabaikan rachel.

Violin tersenyum menang "Tuh denger azka bilang gpp. Lo kalo haus beli aja lagi atau lo gak punya duit, nih gue kasih"

Rachel tersenyum sambil menggelengkan kepalanya "Gak usah violin, makasih"

"Loh kenapa? ambil aja gpp kali, gak usah malu malu gue mah orangnya santaian"

"Aku ada kok duit"

Azka berdiri dari duduknya menghampiri violin dan merangkul bahunya "Mau gue temenin beli makannya?"

REVANO | On GoingWhere stories live. Discover now