Chap - 23

405 40 2
                                    

Violin berlari kedalam kelas dengan raut tak bisa digambarkan membuat jeha bingung, belum sempat bertanya tangannya sudah ditarik oleh violin.

"Vio kita mau kemana?"

"Ikut gue! revan berantem sama gibran"

"Apa! kok bisa?"

Dibelakang sekolah revan benar benar tengah menghajar gibran, entah apa permasalahannya.

Tadi gibran disuruh kebelakang sekolah oleh seseorang yang tidak ia kenal. Bodohnya gibran setuju saja, sampai disana ia langsung ditarik revan dan menghajarnya tanpa ampun.

Violin menerobos orang orang yang menonton perkelahian itu. Jeha syok melihat kembarannya yang sudah tidak berdaya dibawah tubuh revan.

"Revan anjing! " jeha berlari menghampiri revan dan mendorong tubuhnya dari gibran "Lo gila! ngapain mukul kembaran gue"

Bibir revan membentuk smirk "Lo bakal jadi milik gue jehani"

"Gib lo nggak papa hah! astaga ayo kita kerumah sakit"

Revan memberi arahan pada teman temannya, mereka paham dan menutup jalan untuk jeha pergi.

"Revan lo kalo ada masalah sama gue jangan bawa bawa orang lain! cukup kita aja"

Revan berjongkok dan menaruh telunjuknya didagu jeha "Pilihan lo cuma dua. Jadi pacar gue atau dia mati"

"Sialan lo anjing! sampai kiamat pun gue gak bakalan mau sama lo, ingat itu"

"Oke. Guys"

Teman teman revan memisahkan gibran dari jeha "Lo mau apain gibran, jangan sakitin dia revan"

Jeha memohon pada revan dengan matanya yang hampir mengeluarkan cairan bening.

"Gue kasih lo waktu buat mikir cuma sepuluh menit"

Jeha meremas rambut panjangnya, apa yang harus ia lakukan. Jika ingin jujur jeha memang menaruh sedikit perasaan pada revan, tapi setelah melihat kelakuan revan pada gibran jeha jadi benci.

"Waktu lo selesai"

"Hah kok cepet banget"

Jeha melirik violin, disana violin mengangguk. Seakan mengerti muka jeha seketika murung.

"Revan ayo kita pacaran! tapi gue ada syarat yang harus lo penuhin"

"Apa?"

"Lo gak boleh berantem lagi. Sekali gue tau lo berantem kita putus"

"Tapi"

"Gue gak terima alasan apapun" jeha langsung menghampiri gibran dan membantunya berdiri.

Revan menghela nafas "Gibran maafin gue" mendengar itu gibran mendengus sebal "Naik kepunggung gue kaka ipar! "

***
Revan sudah mulai kesal. Sepertinya gibran tengah balas dendam padanya.

Tadi revan bersikeras ingin mengantar jeha pulang. Tetapi jeha menolak karena ingin pulang bersama gibran.

Gibran hanya menatapnya datar dan dingin. Karena revan baik hati ia menawarkan gibran untuk ikut juga bersamanya.

Naasnya, pas sudah dirumah kediaman jeha. Gibran menyuruh revan ini dan itu, misalnya membantu dirinya berganti pakaian, membawa makan siangnya, mengerjakan pr nya dll.

"Ambilin gue minum dong, haus"

"Lo punya tangan dan kaki! kalo gak guna buang aja"

"Lo lupa tangan dan kaki gue masih sakit gara gara lo"

"Gue kan udah minta maaf"

"Nyatanya maaf lo itu gak bisa nyembuhin luka gue"

"Kenapa sih jeha harus punya kembaran rese kaya lo! "

"Kenapa sih jeha harus punya pacar kaya anjing"

Dibalik pintu jeha menguping. Ia menggelengkan kepalanya dan berjalan menjauh dari kamar gibran.

REVANO | On GoingWhere stories live. Discover now