Chap - 24

376 25 2
                                    

Jeha berlari keluar mobil, ketika matanya menangkap sebuah pantai.

"Jeha tungguin " vio ikut berlari mengejar jeha.

Didalam mobil suasananya hening. Revan mengumpati jeha dalam hati, sebenarnya revan mengajak jeha kepantai cuma berdua entah kenapa jeha malah mengajak violin dan sialnya violin tidak sendiri melainkan bersama azka.

"Lo kenapa bisa ikut?"

"Violin yang maksa gue buat ikut"

"Sejak kapan lo deket sama temen cewe gue"

Azka langsung menatap revan "Jadi lo udah berhasil luluhin hati dia"

"Awas aja sampe lo macemin jeha. Habis lo ditangan gue!"

Revan lebih dulu keluar, meninggalkan azka sendiri didalam mobil.

BRUK

"Eh sorry. Lo nggak papa" revan membantu gadis itu untuk berdiri.

"Iya" sesaat gadis itu termenung menatap wajah revan yang menurutnya tampan sekali.

"Maaf" ucapnya malu ketika tanpa sengaja terjatuh kedalam pelukan revan.

Revan menggangguk setelah itu berlalu untuk menghampiri jeha yang asik bermain dipinggir pantai.

Tubuh jeha menegang ketika sebuah tangan memeluknya dari belakang. Dapat dipastikan jika tangan itu adalah milik revan.

"Sayang"

Bisikan itu membuat bulu kuduk jeha berdiri "Revan jangan deket deket banget"

"Kenapa?"

"Gue risih"

"Aku! " peringat revan, dari kemarin revan memang memaksa jeha untuk memakai kata aku-kamu.

Azka berjalan mendekati violin yang duduk seorang diri dibawah pohon rindang.

"Gak main?"

Violin menggeleng "Males" dan kini violin tidak lagi menatap kearah jeha dan revan yang tampak asik berlarian ia memfokusnya dirinya pada azka "Azka kamu yakin jadiin aku pacar kamu?"

"Iya, sampai gue tau lo hamil atau enggak"

"Misalnya enggak"

"Lo udah tau jawabannya"

"Putus ya" lirih violin sedih.

"Hem jangan pernah menaruh perasaan ke gue karena gue gak pernah suka sama lo. Ini cuma sebagai bentuk dari pertanggung jawaban gue"

"Seharusnya kita nikah bukan pacaran. Itu yang namanya tanggung jawab"

"Gue bakal nikahin lo kalo ternyata lo emang beneran hamil"

Violin menghela nafas lelah. Kenapa nasibnya harus seperti ini.

Matanya menatap jeha kembali, ingin rasanya violin merasakan dicintai seperti revan yang sangat mencintai jeha.

Apa azka akan seperti itu juga suatu saat nanti. Mencintainya bukan karena tanggung jawab, tetapi memang tulus dari hatinya.

- Revan

- Revan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Jeha

- Jeha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Vio

- Azka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Azka

- Azka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
REVANO | On GoingWhere stories live. Discover now