Chap - 03

1.1K 58 1
                                    

Jeha terdiam menatap revan. Namun tak lama pekikan jeha terdengar.

Revan menghajar cowo itu membabi buta, menendang perutnya, wajah, bahkan menginjak dadanya.

"Lep-pasin kaki lo"

"Enggak. Sebelum lo minta maaf sama dia"

"Gue gak papa beneran! lepasin dia kasian" ucap jeha memohon.

"Mau mati lo! cepet minta maaf"

"Maafin gue" ucap cowo itu terengah engah hampir kehabisan nafas.

Setelah mendengarnya revan menghentikan aksinya.

"Kemana dia?" gumam revan, ketika dirinya berbalik jeha sudah tidak ada.

Jeha menghentikan taksi dan pulang. Tangannya mengetik sesuatu diponsel dan mengirimnya pada violin.

💬
Violin gue pulang duluan, maaf ya :)

***
Jeha berjalan kemeja makan dengan tampilan yang sudah rapi.

"Lama bener dandan, kaya hasilnya cantik aja" cibir gibran.

"Gibran jangan mulai" karel memperingati sebelum perang kecil terjadi.

"Abang jeha gak mau bareng dia! gimana kalo abang aja yang anter jeha kesekolah?"

"Maaf banget dek, abang gak bisa soalnya sibuk" ujar karel tak enak.

"Iya deh"

Akhirnya jeha berada diboncengan gibran. Dan sialnya kembarannya itu sengaja sekali mengendarai motornya ugal ugalan membuat jeha berteriak ketakutan.

"Gibran! kalo mau mati jangan ngajak gue. Sial rambut gue pasti berantakan"

Gibran malah makin menjadi. Tangannya mengusak rambut jeha tak tentu arah.

"Gibran rambut gue! "

Banyak tatapan penasaran tertuju pada gibran. Karena mereka baru pertama kali melihat gibran dekat dengan perempuan.

"Mereka kenapa liatin gue sinis? padahal kenal aja enggak" gumam jeha.

"Jangan dipeduliin" gibran merangkul jeha.

"Jeha sini lo! " teriak violin yang baru datang, ia tidak sendiri tetapi bersama lisa adiknya.

Melihat itu gibran pergi membiarkan jeha bersama sahabatnya, sebelum itu gibran sempat melirik lisa.

"Tega banget lo tinggalin gue sama lisa. Katanya ketoilet kok pulang"

"Gak usah bawel deh. Ntar gue cerita"

Revano tiba disma xabiru dan turun dari motornya semua itu tidak lepas dari tatapan para gadis yang mengaguminya.

Revan melangkah tanpa memperdulikan tatapan memuja yang ditujukan padanya.

Tapi langkah revan berhenti ketika seseorang menabrak punggungnya.

"Lo cari masalah sama gue hah!"

Jeha penasaran karena terdengar keributan dari arah parkiran. Namun violin terus menariknya menuju kelas mereka.

"Revan! Azka! ikut saya sekarang juga keruang bk! "

Baku hantam itu terhenti ketika seorang guru datang.

Revan dan azka saling menatap. Dada mereka masih naik turun, emosi belum reda.

"Minggir! " revan menyenggol azka.

Azka mengekori revan dari belakang, tatapannya menghunus dipunggung revan.

REVANO | On GoingWhere stories live. Discover now