Chap - 11

717 40 4
                                    

Pagi ini langit menggelap pertanda akan hujan. Jeha dengan tampang badmood menuruni tangga menuju meja makan.

"Jeha kamu berangkat bareng supir ya? soalnya kedua abang kamu masih tidur"

"Iya ma, eum jeha berangkat dulu ya takut keburu hujan" setelah menyalimi tangan mamanya jeha berangkat dengan supir keluarganya.

Diperjalanan jeha menatap kearah kaca, diluar tengah hujan lebat.

"Non jeha kita sudah sampai"

"Hah udah sampai mang?"

"Iya non, mau mamang anter sampe sana. Diluar hujan deras takutnya non basah"

"Gak usah mang. Lagian kan mamang gak bawa payung"

"Iya juga ya non"

"Yaudah jeha turun dihalte aja, nunggu hujan reda baru jeha kesekolah"

Setelah berpamitan. Supir jeha pun menjalankan mobilnya meninggalkan jeha sendirian dihalte.

Sebuah mobil mahal berhenti didepan jeha. Sang pemilik menurunkan kaca mobilnya.

"Revan"

Revan tersenyum. Ia segera keluar tak lupa memakai payung.

"Ngapain lo disini?"

"Lo gak liat gue ngapain?" balas jeha jutek.

"Masuk mobil gue anterin, daripada disini entar lo masuk angin"

"Gue lebih baik masuk angin daripada semobil sama lo! "

Revan melipat tangannya didada "Jadi lo gak mau ikut gue? eum oke tapi hati hati ya disini rawan penjahat, jangan salahin gue kalo terjadi sesuatu sama lo"

Jeha tetap menampilkan wajah santainya, padahal hatinya cemas takut ucapan revan benar adanya.

"Kalo gitu gue duluan. Dadah jeha"

Jeha melirik kiri kanan takut. Setelah itu berteriak memanggil revan.

"Revan"

"Apa"

"Gue ikut lo" cicit jeha.

Revan tersenyum miring tanpa sepengetahuan jeha.

***
"Demi apa! lo tadi kesini bareng revan! beneran je? "

"Iya masa gue boong sih"

Violin mengguncang tubuh jeha "Gimana rasanya je semobil sama cowo ganteng"

"B aja"

"Aelah!" kesal sekali violin dengan jawaban jeha.

Tak lama violin berhenti berjalan membuat jeha tak sengaja menabraknya "Vio ngapain berhenti mendadak sih"

"Bentar je ada azka" violin merapikan rambutnya dan tersenyum manis pada azka.

Azka berhenti tepat didepan jeha dan violin "Bisa ikut gue bentar?"

"Bisa!" ucap violin semangat 45.

"Eum maksud gue jeha bukan lo"

"O-oh jeha ya?" ucap violin sedikit malu.

Jeha menahan tawanya menatap wajah melas violin. Lalu pandangannya kini terarah pada azka "Ada perlu apa ya sama gue?"

"Bentar aja"

Azka menarik lengan jeha membuat violin iri ingin diposisi jeha.

Deheman seseorang menyadarkan violin, ketika menoleh kebelakang violin merasa hari ini adalah hari terindahnya, kapan lagi coba disamperin dua cowo ganteng.

"Revan eum kenapa ya?"

"Jeha mana?"

"Dia tadi pergi sama azka"

"Anjing! " revan segera berlari mencari keberadaan jeha.

Bibir violin melengkung kebawah "Cowo ganteng emang milik sicantik, gak kaya gue remahan biskuit gini cuma bisa jadi penontonnya doang"

# Revano mahendra wijaya

# Revano mahendra wijaya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

# Jehani raquella

# Jehani raquella

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

# Azka fahrizal

# Violin ragetta

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

# Violin ragetta

# Violin ragetta

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
REVANO | On GoingOnde histórias criam vida. Descubra agora