Chap - 04

985 54 0
                                    

Revan dan azka diberi hukuman berdiri dididepan kelas 11, kelasnya jeha dan violin.

Banyak murid siswi tidak konsen dengan pelajarannya. Bagaimana tidak dua pentolan sma xabiru tengah berdiri didepan kelas mereka dengan salah sebelah kaki diangkat dan kedua tangan memegang telinga.

Violin termasuk kedalam jajaran siswi yang tidak konsen. Matanya terus melirik keluar kelas.

"Mereka siapa sih? kenapa anak anak cewe pada liatin termasuk lo violin"

Violin berbisik pelan "Mereka most wanted sma xabiru. Cakep kan jeha"

"Oh" jeha melanjutkan tulisan dibukunya, tidak berminat.

Hilang kesabaran. Bu wati selaku guru yang tengah mengajar dikelas jeha dibuat jengkel, karena banyak yang tidak memperhatikannya.

"Kalian yang terus melihat keluar, mau saya hukum juga hah! "

Violin perlahan kembali menatap bukunya, dihatinya merutuki bu wati yang menganggu aktivitasnya menikmati wajah tampan revan dan azka.

***
Dibelakang sekolah lisa tengah menangis karena dibully oleh teman sekelasnya.

Mereka ada tiga orang. Bagaimana lisa bisa melawan, ia hanya pasrah ketika tubuhnya dilempari telur.

"Makan tuh telur! siapa suruh lo berani natap gibran, gibran cuma milik gue gak boleh ada yang menaruh perasaan sama dia" kepala lisa terdorong kebelakang.

Farah dan kedua temannya saling melirik. Lisa sudah ketakutan, tak lama tangannya dipegang kuat oleh teman farah.

"Lepasin gue! "

"Gak semudah itu sayang" bisik farah. Tangannya menarik kuat rambut pendek lisa.

"Gue mohon lepasin gue farah. Gue minta maaf udah liatin gibran"

Farah tak peduli. Tangannya mengeluarkan sebuah gunting "Rambut lo udah mulai panjang lisa, gimana kalo gue gunting. Gratis"

Sebelum gunting itu menyentuh rambut lisa. Gibran datang dan menepis tangan farah.

"Lo apain lisa! "

"Gib-gibran ini gak seperti yang lo liat. Dia mulai duluan"

"Pergi. Sebelum gue lepas kendali"

Kedua teman farah sudah ketakutan menatap wajah merah gibran. Tandanya cowo itu marah besar.

"Tapi gib"

"Pergi! "

"Ayo far cepetan pergi" terpaksa farah pergi. Matanya masih menatap tajam lisa.

Lisa menunduk. Tidak ingin gibran melihatnya dalam keadaan menyedihkan.

"Maafin gue sa" bisik gibran, jaketnya ia lepaskan dan memakainya pada lisa "Gue anterin lo keuks"

"Gue bisa sendiri"

"Dengan keadaan lo seperti ini. Gue jamin lo makin dibully, kalo ada gue mereka gak bakal berani"

Mendengar itu lisa sedikit takut dan akhirnya setuju diantar oleh gibran.

REVANO | On GoingWhere stories live. Discover now