💕Ending chapter 💕

Mulai dari awal
                                        

Beruntungnya, lokasi acara ulang tahun anak dari saudara Calvin yang dulu menikah dengan adik mendiang dokter Satya, tidak terlalu jauh.

💕💕💕

"Aku jadi inget. Dulu pas Clay baru tiga bulan dia rewel banget sampe nangisnya nggak berhenti."

"Em, karena apa, Vin?" tanya Shena hati-hati. Karena di usia anaknya tiga bulan, ia masih menjadi sosok egois yang pergi menjauh dari rumah dan keluarga kecilnya.

"Gara-gara telat minum susu. Karena aku baru pulang dari pabrik waktu itu … jam sebelas kalau nggak salah." Calvin sama sekali tak ingin mengungkit masa-masa sulitnya dulu menjadi orang tua tunggal. Namun, ia hanya teringat saja ketika hari ini Clay sangat rewel dan hanya ingin digendong menggunakan kain jarik olehnya.

Mendengar suaminya bercerita, Shena cukup menanggapi dengan respon tenang. Sembari mengusap kepala sang putra yang tengah anteng dalam gendongan Calvin. Di tangannya terdapat patung buaya kecil yang Shena berikan sebelum berangkat tadi. Ia mainkan sendiri sambil sesekali melihat tampannya wajah sang ayah.

"Ya mirip kayak gini. Nangis sampe jam setengah satu malam.  Baru bisa diem pas coba aku gendong jarik ini."

"Ini kain jarik yang aku pakai habis pulang dari rumah sakit." Melihat Shena tersenyum pelan dan ucapannya sedikit tertahan, Calvin raih sebelah tangannya lalu digenggamnya dengan sayang.

"Aku nggak bermaksud menyinggung masa-masa itu. Maaf."

"Nggak apa-apa, Vin."

"Terus habis kamu gendong dia langsung diem?" tambah Shena. Ia mencoba tetap tenang untuk mendengar cerita Calvin selanjutnya.

Menggelang sambil tertawa lirih, Calvin jelaskan lagi apa yang terjadi setelah itu,"Mana ada diem. Aku duduk sebentar aja dia langsung ngik-ngik lagi."

"Lalu?"

"Aku ajak dia jalan ke depan.  Nggak kerasa tau-tau udah nyampe ke taman komplek. Karena Clay baru bisa diem dan tidur lagi. Hahaha, ya ampun. Untung Bude Mirna nyusul. Kalau nggak, bisa-bisa aku nginep di taman." Makin getir saja perasaan dalam hati Shena. Mungkin Calvin ingin pengorbanannya dulu diketahui oleh sang istri sebagai pengingat bahwa betapa lelahnya ia menjalani masa menyakitkan tersebut.

"Makasih. Kamu udah mau bertahan saat itu." Tak ada yang bisa diucapkan lagi oleh keduanya ketika keheningan sejenak tercipta. Daripada membiarkan air matanya menggenang, cepat-cepat Calvin alihkan untuk mengecup kepala sang putra yang sepertinya mulai tertidur.

"Maaf," ucap Shena lagi dengan nada lirih. Keduanya tangannya meraih tangan Calvin lalu ia bubuhi dengan ciuman tulus.

"Nggak apa-apa, Sayang. Karena kamu dan Clay adalah alasanku untuk tetap bertahan." Calvin berikan senyuman hangat supaya tetap menjaga perasaan istrinya. Karena ia juga sadar, di masa itu bukan hanya dirinya saja yang mengalami kesulitan.

Tidak sampai satu jam mereka sampai di lokasi acara. Tentu saja sosok Calvin yang tampak memukau sembari menggendong anak dengan jarik itu menarik perhatian orang di sekitarnya. Bermodal wajah tampan, sepertinya tidak ada alasan bagi Calvin untuk malu. Justru perempuan muda yang ada di sana dibuat terkesima olehnya.

"Clayton, kok gendong Daddy-nya terus? Ayo sama tante. Lihat, kakak Bela punya banyak mainan. Yuk main di sana." Ajakan dari istri sepupu Calvin  itu rupanya disetujui oleh Clay tanpa mereka duga. Melihat banyak anak kecil berbagai usia di tempat itu tengah bermain, memantik kembali semangat Clay yang sempat redup berkat ulah ayahnya.

Apalagi setelah melihat dua kucing berbulu lebat milik sang pembuat acara, Clay dengan antusias meminta turun.

"Meng, meng." Tangannya dilambaikan ke arah kucing. Ia yang sudah tak lagi berada di gendongan sang ayah, kini mau menerima uluran tangan dari perempuan itu untuk bergabung dengan anak-anak yang lain.

"Clay biar sama aku. Mas Calvin sama Mbak Shena makan aja dulu. Oke." Lega karena ada yang berkurang dari pundaknya. Calvin lemaskan beberapa otot yang sempat kaku. Ditertawai oleh Shena setelahnya.

"Daddy hebat. Hahaha."

"Itu,sih, dari dulu." Calvin menyombongkan diri sembari membenahi vestnya.

"Mumpung Clay lagi main. Kita pacaran dulu, yuk, sambil makan-makan," imbuhnya kemudian. Lantas disambut  anggukan semangat oleh Shena. Ia percaya jika adik dokter Satya atau istri dari sepupunya itu bisa menjaga Clay karena dia sendirian yang menawarkan diri tadi. Jadi, karena ada kesempatan mereka buat untuk memakai waktu berduanya sebaik mungkin.

Benar-benar seperti muda mudi yang tengah berpacaran. Calvin dan Shena tampak asyik saling menyuap desert di halaman rumah pemilik acara itu.

"Habis ini kita buat boneka satu lagi,yuk. Biar Clay ada temennya. Kamu juga nggak terlalu kesepian terus di rumah."

"Ayo aja. Pokoknya yang kedua ini harus miripnya ke aku. Jangan kamu lagi. Biar adil."

"Itu,sih, kehendak yang di atas, Sayang. Kita buatnya di mana? Bali ? Atau tempat lain?"

Selesai menghabiskan es krim dalam mulut, Shena menjawab,"Dubai? Korea? Hehe."

"Ngelunjak,ih." Calvin berdecih.

"Kan Daddy yang nawarin. Hahaha." Shena tertawa demikian karena tak biasa memanggil suaminya dengan sebutan itu. Justru panggilan sayang Shena pada Calvin adalah Titan atau boneka santet. Namun, jarang ia panggil seperti itu lagi.

Sejurus kemudian sepasang suami istri yang menjelma menjadi muda-mudi berpacaran itu terperanjat dengan kedatangan Clay dengan gadis kecil seusianya yang tengah berlari ke arah mereka.

"Kay punya … punyaa ini!" Diulurkannya satu tangan kecil yang tengah tergenggam itu. Sementara Calvin dan Shena bersamaan bangkit dari duduk untuk menanggapi putranya.

"Apa, Nak? Kamu punya apa? Mainan baru?" tanya Calvin. Bocah perempuan di samping anaknya itu hanya senyam-senyum sambil mengenyeot empeng di mulutnya.

"Yess!"

"Mana, coba Ibu lihat?" Begitu tangan terkepal Clay terbuka. Sontak saja Calvin berteriak lalu beringsut mundur di belakang tubuh sang istri. Seekor katak kecil hampir saja melompat dari telapak tangan anaknya.

"Astaghfirullah, Clay! Sayang, titisan katak ijo sekarang menurun ke anak kita. Ya ampun," rengek Calvin sambil bergidik ngeri. Sementara Shena tak bisa menahan lagi tawanya karena langsung teringat bagaimana masa kecilnya dulu yang menemukan katak di hari ulang tahunnya.

"Buang, Nak. Daddy kamu takut. Hiiii," ucap Shena kemudian.

"Ndak mau, wleeee." Calvin mengumpat lirih. Clayton berlari menjauh tak lupa mengajak lagi teman barunya tadi. Kekehan tawa Shena masih mengudara selagi ingatan Calvin kembali pada masa di mana ia kegelian merasakan katak milik Shena kecil itu masuk ke dalam celananya.

💕💕💕

Makasih banyak semua. Ini part terakhir dari FETP. Bye bye ☺️☺️

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang