💕Ke mana? Dari mana?💕

626 118 39
                                    



Hai guys. Sebelumnya maaf karena part ini agak panjang. Jadi jangan bosen yaw. Enjoy aja seperti biasanya wkwkwk.

Happy reading guys


💕💕💕

Shena diturunkan tepat di mana perempuan itu akan menemui temannya. Sebuah kafe tak terlalu besar, tetapi layak menjadi tempat hangout bagi anak-anak muda. Karena masih satu daerah dengan salah satu kampus ternama di Surabaya, maka berbaur menjadi satu di tempat itu tak akan memperlihatkan sosok Shena sebagai seorang perempuan yang sudah bersuami. Dandanan simpel dengan kaos oversize yang dipadu padankan dengan hot pants jeans berhasil mengubahnya menjadi seperti remaja.

Tadinya ia ingin berangkat sendiri dengan memesan grab. Namun, tentu saja Calvin menolak permintaan itu dan berakhir mengantarkan dirinya lebih dulu sebelum ke rumah sakit untuk menjenguk kakak sepupu Zaki.

"Kalau udah selesai nongkrongnya langsung chat aku." Pesan Calvin sebelum lelaki itu berlalu dari hadapannya tadi. Lama tak pernah mendapat perhatian seperti itu, Shena sempat dibuat nyaman. Masih ada yang ia tuju saat tidak ada yang bisa ia harapkan dari keluarganya sendiri. Walaupun perhatian itu sangat samar atau hanya sebatas sandiwara, tentu saja Shena khawatir bilamana ada perasaan lebih terhadap Calvin jika lelaki itu terus-menerus bersikap demikian.

Ada  yang ingin ia pertanyakan, perihal Calvin yang sepertinya tidak seantusias dirinya untuk mengakhiri pernikahan ini. Maka dari itu, sejak awal ia memutuskan untuk ingin segera memiliki anak, jangan sampai ada perasaan sedikit saja yang terlibat. Jika tidak, maka dirinya sendiri yang akan menanggung luka itu nanti. Karena Shena masih berpikir jika lelaki yang telah resmi menjadi suaminya itu pasti tidak akan mudah melupakan masa lalunya. 

Ia tak ingin kecewa, tak ingin sakit hati, dan takut tak bisa mengendalikan diri.

Bahkan sentuhan tangan Calvin yang tadi mendarat di puncak kepalanya hampir menggoyahkan prinsip yang ia buat untuk tidak menjatuhkan perasaan itu pada sang suami. Sampai ia memiliki bayi nanti, semoga Calvin tidak bersikap terlalu lebih pada dirinya. 

"Eits, poni baru, Cuy?" Shena reflek menghindar saat tangan seseorang ingin menyentuh puncak rambutnya. 

"Pricilia Latucansila, ya ampun! Kuangen, loh, aku. Kamu kok tambah jelek ngene,seh? Aku, kan, nggak jadi insecure." Shena memeluk Sisil dengan kedua tangannya. Membawa sang teman lama untuk lekas masuk ke dalam kafe yang sungguh sangat instagramable bagi muda-mudi. 

"Lambemu, Shena! Nggak pernah dikasih ciuman sama bojomu,ta? Nguawur!" Alih-alih marah atau tersinggung, perempuan yang lebih tinggi dari Shena itu justru terkekeh geli. Sejak Shena menikah, keduanya memang jarang sekali bertemu karena padatnya pekerjaan masing-masing.  

"Nggak pernah, sih. Aku juga nggak mau dicium." Tangan Sisil memukul lengan Shena tak terlalu kuat. Kemudian menciptakan obrolan tak ringan selagi menunggu pesanan datang. 

"Kok beli tiga? Satunya buat siapa?"

"Temenku, mau ikut ke sini. Dia yang gantiin kamu di outsourcing," jelas Sisil. Shena sama sekali tak keberatan dengan hal itu. Ia malah senang jika mendapat teman baru apalagi jika mereka sefrekuensi. 

"Lah itu dia! Joan! Sini, Beb!" Shena mengikuti arah pandang Sisil pada perempuan yang baru saja melewati pintu masuk kafe. Kenapa kebetulan sekali mereka bertiga tampil dengan outfit simpel seperti ini? Melihat gaya Joanna yang langsung menyambar tangannya untuk berkenalan, pasti perempuan itu bisa menjadi teman yang menyenangkan.

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang