💕Bertahan atau melepaskan💕

734 120 46
                                    


Happy reading guys


💕💕💕

"Kamu belum jawab pertanyaanku." Berhasil membuntuti sang istri yang sudah lebih dulu tiba di ruang tengah, Calvin mencoba menggali bagaimana perasaan perempuan itu sebenarnya. Katakan saja ia keterlaluan sudah memberikan Shena adegan ciuman yang bahkan tidak tahu akan terjadi seperti tadi. 

"Aku lagi nggak mood ngomong sama kamu." 

"Kamu cemburu lihat aku sama Clara?" Menoleh dengan mengudarakan tawa, Shena memberikan tatapan serius meski ia balut dengan wajah sumringah. Jika boleh jujur, baginya Calvin terlalu berlebihan menyimpulkan bahwa dirinya merasa cemburu dengan adegan mereka berdua di rumah sakit. 

"Jangan ngelucu, Vin. Terus aku harus nontonin kalian ciuman kayak orang bodoh gitu?" Shena memilih untuk berjalan menghindar selagi Calvin terus menuntut jawaban. Seperti harapannya sejak ia memutuskan menemui perempuan itu untuk memastikan perasaan mereka berdua masih ada, harusnya ia lega dengan hal ini. Bukan menjadi uring-uringan dan menghindari kontak mata dengan Calvin. 

"Nggak, itu artinya kamu cemburu, Shen. Jangan nyangkal."  Tak membiarkan sang istri jauh dari jangkauannya, sampai perempuan itu kembali naik ke lantai dua pun Calvin tetap menyusulnya. Beralih ke balkon, turun lagi ke lantai satu dan berakhir kembali di kamar. Seperti itu lah yang tengah mereka lakukan. Masing-masing enggan mengakui perasaan, tetapi justru menuntut sang lawan untuk berbicara sebenarnya mengenai bagaimana kondisi hati saat ini. 

"Bagaimana bisa cemburu, kalau cinta sama kamu aja aku nggak pernah." 

"Mau dengan siapa pun kamu berhubungan itu hak kamu. Itu urusan kamu. Bahkan lebih baik kamu seperti itu.  Aku hanya perlu anak ini lahir. " Ucapan menohok dari Shena menimbulkan nyeri yang begitu kuat di ulu hati. Kejujuran itu ia anggap hanya keluar begitu saja dari bibir Shena. Bukan benar-benar dari hati dan tatapannya yang semakin meyakinkan Calvin bahwa setidaknya ada 0,1% cinta di hati Shena untuknya. 

Sejurus kemudian, Calvin mencoba mengatur napas. Jika keadaan Shena tidak sedang mengandung anaknya, sudah jelas ia tak bisa berbicara dengan nada tenang. 

"Kamu nggak lupa dengan tujuan kita, kan, Vin?" Suara Shena memelan. Sadar jika kini ada kehidupan baru di rahimnya, ia harus tetap mengontrol dirinya sendiri supaya tetap dalam kondisi yang baik. Terbesit rasa sesal di hati Calvin ketika  tadi sempat menyaksikan raut kecewa Shena saat di rumah sakit. Namun, lewat itu pula, ia tahu bagaimana respons sang istri ketika dirinya tengah bersama  perempuan lain. Setidaknya ia mendapat bocoran bagaimana perasaan istrinya. 

"Sejak dia ada. Sejak calon penerusku ada di dalam sini. Aku pikir untuk apa mengakhiri pernikahan ini. Bukannya lebih baik kita merawat dia bersama. Kamu … nggak ingin seperti itu—"

"Jangan lanjutkan ucapanmu, Vin. Pernikahan ini dari awal hanya permainan yang diciptakan orang tua kita atas dasar jaminan. Bukan seperti pasutri pada umumnya." Shena menyingkirkan tangan Calvin yang sudah mendarat di perut ratanya. Menahan kuat gejolak hebat di dalam sana tiap lelaki itu bersikap semanis ini secara tiba-tiba. 

"Aku akan tetap berusaha mengakhiri semuanya setelah bayi ini lahir." Gagal mempertahankan barikade hati karena Calvin enggan menarik tangan dari perutnya, Shena mendesah kesal dan berakhir membiarkan lelaki itu berbicara dengan baby Utun di dalam sana. Mengalihkan pandangan tanpa ingin melihat Calvin yang duduk di bawah menyamai posisi perutnya. Perasaan yang meluap ingin dipeluk oleh sang suami karena bawaan sang bayi, Shena tahan sekuat yang ia bisa. Tak akan membiarkan dirinya menjadi ketergantungan dengan ayah dari anaknya.

From Enemy to be PasutriWhere stories live. Discover now