Happy reading guys
💕💕💕
Kamar yang semula rapi dan tertata pada tempatnya hanya dalam sekejap dan beberapa tendangan yang melayang, berhasil porak poranda. Daripada melampiaskan amarahnya dengan memenggal kepala Eno atau Mas Dirga. Shena memilih mengacaukan kamarnya secara membabi buta.
"Keluarga macam apa kalian!!!" ucapnya tertahan. Ia bahkan menggunakan sarung tinju demi melindungi tangannya supaya tak terluka. Hatinya saja sudah sakit, lalu bagaimana jika ditambah dengan fisiknya yang ikut sakit sampai berdarah.
Ia tak mau merugi meski keadaan kini menghimpit dirinya. Jika pun bisa menolak, maka ia harus melihat sang papa menderita karena sakit jantung yang tiba-tiba menyerang.
Tak ada pilihan. Semesta benar-benar terlihat berpilih kasih menurunkan takdir serumit ini padanya.
"Jangan ada yang masuk kalau kalian masih mau jadi manusia!!!" seru Shena dengan suara lantang setelah mendengar ketukan pintu dari luar. Padahal jadwal pernikahan mereka tinggal menunggu jam. Dan pagi ini, semua pihak keluarga masih membujuk Shena agar mau untuk segera dirias.
"Biarkan sebentar lagi, Nyonya. Saya takut kalau Non Shena melakukan hal gila." Raut gelisah dan khawatir tergambar jelas di wajah Mbak Ica, sang art yang sepertinya jauh lebih paham bagaimana sosok perempuan itu daripada ibunya sendiri.
"Akadnya nggak lama lagi dimulai. Belum perjalanan ke sana. Apalagi kalau nanti macet. Shena, buka pintunya. Jangan seperti ini." Bu Tania kembali menggedor pintu kamar sang putri. Detik berikutnya terdengar suara benda tumpul yang dilempar cepat mengenai pintu.
Seumur hidup, amarah paling maksimal yang ditunjukkan Shena hanyalah keluar dari rumah dengan alasan minggat meski pada akhirnya menginap di rumah teman. Namun, untuk kali ini. Seperti setumpuk emosi yang sudah lama ia timbun, meledak tanpa ada yang bisa menghentikan.
"Kamu nggak mau lihat papa jatuh sakit, kan? Ayo, buka, Sayang." Di dalam kamar yang sudah mirip pecahan pesawat akibat kecelakaan, Shena mendesis kesal. Tersenyum kecut mendengar sang ibu memanggilnya sayang.
"Non, bisa keluar sebentar? Pak Pras sedang dalam kondisi tak sehat. Mbak percaya Non Shena anak baik, perempuan hebat yang bisa bikin papanya sehat kembali." Setelah mempertimbangkan keputusannya, perlahan hati Shena luluh usai mendengar penuturan dari art-nya.
Benar, seemosi apa pun ia hari ini, sudut hatinya tak bisa menerima jika orang-orang terdekatnya sakit. Jangan sampai ada yang namanya perpisahan dalam keluarganya. Bahkan keadaannya sekarang cukup lebih baik daripada harus kehilangan orang-orang tercintanya.
Handle pintu terdengar, kemudian terbuka menampilkan perempuan dengan penampilan kacau seperti tak terurus berhari-hari. Meski rautnya menyiratkan kekecewaan dan memandang tak sudi pada mama serta kedua saudaranya, tak dapat dipungkiri bahwa kesedihan sejak semalam tak bisa dibendung. Terlihat dari sisa-sisa basah di sudut matanya.
Melalui bujuk rayu dari Mbak Ica, dengan berat hati Shena akhirnya memberikan wajahnya untuk segera dirias dan mengikrarkan diri menjadi istri dari musuh abadinya.
💕💕💕
Kekacauan tak berhenti di situ saja. Setelah akad dilaksanakan. Di sebuah ruang tunggu, Shena mengangkat gaun pernikahan menyebalkan itu hingga sebatas lutut. Masa bodoh jika Calvin melihat celana seperempat motif sapi yang sengaja ia pakai untuk rangkapan.
"Maju sini! Nggak usah kebanyakan gaya!" Memanfaatkan kondisi ruangan yang hanya ditempati oleh mereka berdua untuk rencana berganti kostum nanti, Shena yang kembali terpancing emosinya karena Calvin menjegal dirinya saat masuk ke ruang itu kembali mengacungkan bendera peperangan.
YOU ARE READING
From Enemy to be Pasutri
RomanceBagaimana jadinya, seorang pengusaha muda yang begitu rajin dan ambis dipersatukan dengan cewek mageran tapi mempunyai banyak impian seperti Shena Sandara? Keduanya terpaksa harus membangun rumah tangga tanpa pondasi cinta demi memenuhi keegoisan o...
