💕Daddy dan Ibu💕

668 103 59
                                    

Suasana menegangkan masih terasa melingkupi area kafe dan Cat House milik Calvin. Sementara Haikal yang masih dikejutkan dengan kemurkaan bosnya itu tak tahu harus bersikap bagaimana. Sampai pada akhirnya, Ningsih menghampiri disusul dengan yang lain setelah Calvin pergi berlalu dari mereka. 

Mata pemuda itu memerah, nanar menatapi beberapa helai baju tipis yang tadi dilemparkan ke arahnya.  Ia bahkan tak menyangka, jika Calvin yang selama ini sudah menganggapnya dekat bisa memperlakukan dirinya seperti ini. 

"Kal? Are you oke?" Mengangguk tak yakin, Haikal memindai para rekan kerjanya yang sedang memberi tatapan iba padanya. Meskipun belum mengetahui masalah utama yang berhasil membuat bos mereka naik pitam, Haikal yakin bahwa dirinya selama ini tak membuat ulah. Ia hanya menjalankan pekerjaannya seperti biasa. Tidak sampai mengusik rumah tangga Calvin yang dituduhkan padanya tadi.

"Pak Calvin bilang kamu … neror istrinya dengan ini?" Karina memungut salah satu helai kain yang bercecer di bawah, lalu ia memasukkan kembali ke totebag sebelum dilihat oleh yang lain. 

"Kalian gila kalau sampai percaya dengan tuduhan itu!" Haikal membela diri. Karena seratus persen ia yakin tidak pernah melakukan hal mengerikan itu. 

Melihat Haikal meremas rambutnya secara frustasi, mata Ningsih ikut memanas. Tak membiarkan keadaan semakin runyam dan berantakan, ia lantas berdiri dengan tatapan serius. Bukan seperti Ningsih yang biasanya memiliki karakter jenaka dan mengesalkan seperti sebelumnya. 

"Ningsih! Mau ke mana?" 

"Aku harus meluruskan ini. Pak Calvin nggak bisa seenaknya nuduh Haikal!" Belum sampai berhasil menahan, perempuan berambut coklat itu sudah lebih dulu berlalu dari mereka. Karina, Gladys, dan Haikal masih terpaku. Mencari-cari tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi hingga Haikal mendapatkan tuduhan seperti ini. 

"Kenapa foto Bu Shena ada di dompet kamu, Kal?" Mata Gladys memicing. Ia memang terkenal cepat mengakrabkan diri dengan karyawan yang lain. Namun, bukan berarti ia begitu mudah mempercayai semua yang ia kenal. 

Bukan malah menjawab, Haikal balik menatap kesal pada Gladys yang seolah ikut membenarkan tuduhan Calvin dengan pertanyaan tersebut. 

"Aku nggak sebejat itu asal kalian tahu! Aku masih punya ini!" Haikal menunjuk-nunjuk sisi kepalanya dengan gerakan penuh emosi. Selama ia bekerja dengan Calvin, sama sekali tak ada maksud untuk mengusik keluarga bosnya itu. Ia bahkan sempat berjanji dengan Calvin akan selalu menjadi karyawan yang baik dan jujur meskipun tak jarang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.

Kejanggalan Haikal yang akhir-akhir ini menyita pikirannya kembali menjadi hal pertama yang ia tuju. Tentang foto Shena yang sempat Haikal lihat di dompet seseorang, kemudian ia hubungkan dengan salah satu akun medsos yang diam-diam sedang  ia cari tahu siapa pemiliknya. Karena Haikal merasa aneh saja setiap istri bosnya itu mengunggah foto, akun dengan username aneh tersebut selalu menyematkan komentar pujian yang terlalu berlebih. 

Dan Haikal memilih satu nama yang patut untuk ia curigai saat ini. 

💕💕💕


"Jangan gegabah, Vin. Pikirkan dulu bener-bener sebelum mecat si Haikal." Sebelum Calvin memutuskan untuk mengambil mobilnya, Satya yang mendengar keributan di atas lekas menghampiri dirinya.

"Dia kepercayaan kamu dari dulu," imbuh Satya.

"Haikal udah matahin kepercayaan yang selama ini aku berikan ke dia!" ucap Calvin tak habis pikir. Ia masih tak ingin percaya, tetapi ucapan petugas di toko Sorexia kala itu memang tak bisa dibantah lagi.

"Dia neror Shena dengan barang-barang seperti itu. Brengsek! Gimana aku nggak marah?" Bisa Satya lihat manik mata Calvin mulai tampak berkilat-kilat. Selama mengenal Calvin, Satya bisa menilai bahwa lelaki dengan wajah merah padam itu berhasil menjadi sosok atasan yang loyal pada bawahannya. Bahkan kepada orang-orang di sekitar, Calvin tak segan memberikan bantuan. 

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang