💕Touch me, tease me💕

1K 130 74
                                    

📍📍📍

Happy reading guys


💕💕💕


Shena masih tak percaya dengan sosok lelaki yang berstatus menjadi suaminya itu terlelap begitu cepat. Meninggalkan paksa obrolan yang sejak tadi menyulut kesal dan tawa di antara keduanya. 

Dengkuran halus dari Calvin yang sedikit mendongak karena bersandar di single sofa bed dan napas yang terdengar teratur itu jelas menandakan bagaimana lelahnya tubuh sang suami. Namun, masih sempatnya Calvin mencandai sang istri dengan menunjukkan barang setipis saringan teh di rumah yang kini ditatap jengkel oleh Shena. 

"Kamu tidur beneran, Vin?" Shena menepuk pelan kedua pipi Calvin dengan rasa penasaran. 

"Vin?" Sekali lagi Shena berusaha memanggil nama itu seraya turun pelan dari pangkuan lelakinya. Ia hanya meyakinkan jika Calvin benar-benar tengah terlelap tanpa ingin mengganggunya barang sedikit pun. 

Membiarkan Calvin yang tampak pulas beralaskan karpet di bawahnya, Shena mengambil sebuah bantal lantas ia letakkan di sebelah kepala Calvin. Ada sesuatu yang mengusik hatinya. Itu bernama kecewa ketika ia rasa Calvin sepertinya memilih tidur daripada turut andil dalam memenuhi syarat papa mertua. 

Tidak mengapa. Shena tak terlalu mengambil hati, karena ia tahu pasti kerjaan Calvin tidak mudah setiap harinya meski yang ia pikir lelaki itu hanya duduk-duduk santai di balik layar komputer dan kursi putar menikmati kekayaan yang terus menambah nominal dalam tabungan. 

Malam sudah menggeser posisi senja yang tadi tampak membias cantik  di langit Surabaya. Selagi Calvin tidur cukup lama, Shena memilih untuk berjalan santai di Sky lobby. Karena hotel ini terhubung langsung dengan Pakuwon Mall. Nalurinya untuk berbelanja menggunakan uang Calvin tadi semakin besar. Namun, ia tahan dulu ketika sebuah pesan dari sang suami memintanya untuk datang ke kamar. 

Banyak sekali pikiran serta terkaan yang berebut masuk dalam otaknya selagi berjalan menuju kamar. Apakah Calvin benar-benar ingin melakukan hal itu? Apakah Calvin tidak peduli dengan siapa perempuan yang akan disentuhnya nanti? Dan apakah Calvin akan menerima jika dirinya jauh dari kata sempurna jika dibandingkan dengan sang mantan yang  ia dengar selalu dielu-elukan oleh sebagian karyawan Calvin.  

"Ah, harusnya aku nggak sampai berpikir ke sana juga!" Kembali Shena menggigit kuku-kukunya ketika langkah kaki itu hampir sampai di depan pintu. Ia tak memiliki persiapan lebih seperti yang Shena lihat dari google saat itu kecuali sebongkah rasa asing yang enggan pergi dari hatinya. 

Pintu terbuka, ia tutup perlahan saat tak mendapati Calvin setelah mengedarkan pandangannya. Namun, suara gemericik air membuatnya bisa menebak jika lelaki itu tengah mandi. 

"Huft! Apa ada sesuatu yang menyegarkan di sini?" Menyambar cepat sebuah remot di atas nakas, Shena menambah suhu AC di kamar tersebut paling maksimal untuk meredam gemuruh yang tak bisa dihentikan. Bahkan ia pusing sendiri merasakan dirinya yang mendadak seperti ini. 

"Dari mana tadi?" celetuk seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sementara Shena yang masih mencari jawaban tentang perasaan yang tengah menyergap dirinya menjawab sesantai mungkin.

"Lihat live music di lounge."

"Kalau mau belanja bilang. Jangan jalan sendiri." Ekor mata Shena melirik semua aktivitas yang tengah dilakukan suaminya. Mulai dari mengusap badan dengan handuk, mengganti baju, bahkan ia takjub saat Calvin telaten memakai skincare pada kulit dan wajahnya. Padahal Shena sudah biasa melihat Calvin melakukan step demi step perawatan  itu di rumah mereka.

From Enemy to be PasutriWhere stories live. Discover now