💕Forgive me💕

1.1K 126 32
                                    

Happy reading guys


💕💕💕


"Menjauh  atau  kamar ini aku hancurin," pekik Shena. Ketika pagi mulai menyapa, ia dikejutkan dengan selimut yang hanya membungkus tubuhnya. Beruntung bagian bawah ia masih memakai rok meskipun tidak panjang. Berdiri di atas kasur dengan keadaan berantakan, matanya menikam tajam pada Calvin–sang suami yang tengah terduduk sembari menunduk beberapa kali. Kekhilafannya semalam yang tanpa segan mencium Shena dalam keadaan tidak sadar berakhir menciptakan beberapa lebam di wajah Calvin. Tentu saja, Shena yang memberi hadiah pukulan itu untuk suaminya. 

"Jawab jujur! Kamu yang buka baju aku kan?" Tangan Shena menuding dengan geram. Perlahan ia beringsut turun setelah menyambar sepaket baju santainya. Hanya bisa meneguk salivanya secara kasar, Calvin perlu beberapa waktu dulu untuk merangkai kata membuat penjelasan yang bisa diterima oleh sang istri. 

"I–itu karena keadaan kamu kotor. Baju kamu bau. Harusnya kamu terima kasih,dong. Aku udah bantu gantiin baju–" reflek kedua tangan besar itu menutup mulutnya sendiri. Mata bulat milik Calvin menatap random ke segala arah ketika Shena yang sudah memakai kaos di balik pintu kamar mandi kembali menikamnya dengan tatapan mematikan. 

"Berarti kamu udah nodai aku? Calvin  brengsek!!! Kamu nggak  tahu seberapa kuat aku menjaga kehormatan ini?" Dengung suara Shena yang tepat berada di depannya bisa saja merusak gendang telinga Calvin saat itu. Namun, apalah daya. Sepertinya hati Calvin memang sedang mengalami pasang surut. Ia mengakui jika semalam sudah keterlaluan memanfaatkan ketidaksadaran istrinya. Ditambah pikirannya yang kian kalut setelah melihat postingan sang mantan dengan kekasih baru. 

"Untuk kali ini aku beneran harus lapor ke Mama. Enak aja main grepe-grepe." Langkah brutal Shena yang hendak keluar kamar mencari ponsel ditahan cepat oleh Calvin. 

"Nggak perlu! Ya— itu 'kan wajar kita suami istri?" Keadaan Shena sudah seperti bom yang beberapa detik lagi siap untuk meledak. Sementara Calvin adalah remot kontrol yang bisa saja membuat rumah mereka pagi itu hancur berantakan. 

"Wajar? Wajar katamu, Vin?" Shena menghempaskan tangan Calvin sekuat tenaga. Ia hadapi kembali sang suami yang seenak udel itu memperlakukan dirinya entah sampai sejauh mana. Padahal jika Shena ingat, semalam ia juga merajuk dengan wajah bersimbah air mata pada Calvin. Ia terus meracau supaya lelaki itu tidak melepas pelukannya. 

"Lihat," tunjuk Shena pada warna merah tua cukup pekat  di bagian lehernya.

"Lihat ini juga!" Kali ini tanda merah itu muncul dipermukaan kulit putih tulang selangka Shena yang tampak sempurna. 

"Ada satu tanda merah-merah lagi  yang paling bikin aku nggak bisa maafin kelakuan kamu." Calvin mengatupkan bibirnya. Shena memang sering marah jika mereka tengah bertengkar. Namun, dilihat dari sorot kecewa,murka,dan kaca-kaca yang menumpuk di matanya. Sepertinya kesalahan Calvin sudah terlalu fatal bagi Shena. Semua itu memang wajar bagi suami istri, tetapi keadaan Shena dan Calvin bukan seperti pasutri pada umumnya yang saling mencintai. 

"Kamu pasti lebih tahu di mana tempat tanda itu 'kan." Senyum kecut Shena semakin membuat Calvin merasa bersalah. Matanya yang sekuat mungkin menahan bendungan air itu akhirnya lolos perlahan. Ia merutuki dirinya sendiri, jika semalam ia tak terbawa suasana dan runyamnya perasaan. Mungkin Shena tidak akan semarah ini sampai air mata itu tak henti menetes.

Shena akan menangis jika sesuatu  yang menyakitinya sudah sangat keterlaluan. Meskipun sudah menikah, ia memiliki prinsip kuat hanya orang yang bisa mencintainya dengan tulus yang boleh mengambil alih kehormatannya. Karena ia masih berharap pernikahan ini segera selesai lantas ia mendapat pasangan yang tidak menikah dengannya karena terpaksa oleh keadaan. Tentu saja saling mencintai adalah impian siapapun dalam biduk  rumah  tangga. 

From Enemy to be PasutriМесто, где живут истории. Откройте их для себя