💕 Simulasi mengikhlaskan 💕

544 94 32
                                    



Happy reading guys

💕💕💕

Mobil civic turbo milik Calvin berhasil memasuki pelataran sebuah rumah makan. Lelaki itu lantas turun lebih dulu, kemudian membukakan pintu untuk seseorang yang tadi duduk di sebelahnya.

Tidak lama setelah itu, Clara turun dengan memasang senyum santai.

"Kamu masih inget tempat ini?" tanya Calvin basa-basi. Ia kini sengaja bersikap tidak acuh pada Shena yang dengan mandiri membuka pintu belakang. Perempuan berbadan dua itu juga tak kalah menampilkan raut cueknya.

Setelah acara di pemakaman yang banyak menimbulkan kekacauan antara perasaan Calvin dan Shena. Mereka sepakat untuk lunch bersama di sebuah rumah makan. Bukan tanpa alasan Calvin meminta Clara untuk ikut bersama.

Karena itu semua rencana mereka berdua untuk sengaja memancing perasaan Shena yang terus ditutupi oleh kemunafikan.

Di balik keduanya yang tampak akrab kembali, sebenarnya hal tersebut tak luput dari permohonan lelaki berhem hitam itu yang tadi terus meminta Clara untuk menyadarkan istrinya.

Calvin mulai merasa capek dengan usahanya sendiri. Namun, berkat petuah bijak yang meluncur dari mulut Clara menyadarkan lelaki itu untuk tidak menyia-nyiakan seseorang yang telah menyiptakan banyak kenangan di hatinya.

Clara tidak mau jika Calvin merasakan betapa menyesal dirinya ketika belum sempat memiliki banyak waktu dengan mendiang Satya.

"Aku minta tolong sekali lagi, Ra." Ini ucapan Calvin ketika Shena memilih kembali lebih dulu ke mobil setelah berdoa di pemakaman.

Muak sebenarnya. Karena Clara tidak ingin dirinya terus diikutsertakan dalam permasalahan pasutri labil itu. Namun, karena ia teringat pernah berjanji dengan calon suaminya  untuk membantu mempertahankan rumah tangga mereka. Ia harus menyia-nyiakan sebagian waktunya untuk Calvin dan Shena.

Setidaknya, salah satu keinginan Satya supaya rumah tangga sahabatnya itu membaik, sudah terlaksana. Meskipun Clara menggunakan cara yang berbeda.

"Ck. Harusnya kamu ikut pelatihan pranikah. Biar nggak kelihatan bodohnya, Vin," ucap Clara waktu itu dengan berat hati untuk ikut bersama Calvin dan Shena.

"Aku nikah paksa, Ra!" Calvin menghentikan kembali bagaimana pernikahan mereka bisa terjadi.

Memasuki rumah makan yang dulu menjadi langganan sepasang mantan kekasih itu, membuat satu persatu kenangan manis mereka teringat kembali.

Hanya mengenang tidak masalah, kan? Asal Calvin bisa mengatur perasaannya dengan baik dan tidak terjerat kembali ke masa lalunya.

"Nasi bebek dua porsi, Pak. Yang satu nggak pakai daun kemangi." Shena yang seolah seperti manusia bayangan di antara mereka reflek mengeryit samar. Lalu tersenyum kecut mengetahui Clara sangat hafal kesukaan suaminya.

"Kamu apa, Shena?" tanya Clara. Bukan hanya karena rencana mereka, melainkan Shena sendiri yang mengiyakan tantangan Calvin untuk mengetahui seberapa jauh perasaannya ketika ia dihadapkan langsung oleh kebersamaan Clara dan sang suami. Seperti yang Shena tuntut padanya selama ini.

"Anggap saja ini sebagai simulasi mengikhlaskan. Kalau kamu memang benar tidak mencintaiku sama sekali, tidak perlu resah jika aku terlihat akrab dengan Clara di depanmu langsung."

"Tapi kalau kamu ngerasa nggak kuat. Lambaikan tangan," kata Calvin pada Shena sebelum mereka pergi dari pemakaman. Yang membuat Calvin mendesis kesal, Shena justru tidak keberatan menyetujui tantangannya.

From Enemy to be PasutriWhere stories live. Discover now