💕Keputusan Shena💕

648 102 120
                                    





Sebelum dihujat, Shena mau minta maaf dulu di atas materai🙇



Happy reading guys

💕💕💕

Dua hari kemudian pasca anak Calvin dan Shena lahir. Keduanya benar-benar seperti dikembalikan pada setelan awal yang menjadi orang asing. Meskipun sejatinya sudah kenal sejak kecil, masa-masa remaja mereka jarang bersama, tetapi masih tetap menjadi sepasang musuh abadi.

Dua hari itu pula, Shena belum juga memberikan keputusannya. Musyawarah yang dibuat oleh keluarga besar, hanya ditanggapi dengan diam. Membuat mereka terus bertanya-tanya apa yang sedang perempuan itu pikirkan dan rencanakan.

Tidak ada satupun dari mereka yang tidak berprasangka buruk pada setiap gerak-gerik Shena. Takut jika ada yang sedang direncanakan oleh perempuan itu, melihat respon Shena yang iya-iya saja ketika mereka meminta untuk berdamai saja dengan masalah yang sudah lalu.

"Kenapa dia nangis terus? Kenapa nggak bisa diem? Apa caraku memakaikan baju tadi menyakitinya?" Shena tutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Di bawah guyuran air dari shower dalam kamar mandi, ia tumpahkan semua tangisnya.

"Aku bukan ibu yang baik. Gimana kalau aku jadi kayak mama yang nggak bisa memperlakukan anaknya dengan benar? Hah? Gimana?" Kedua tangan itu mencengkram rambutnya yang terlihat sedikit rontok. Karena wajar usai melahirkan akan mengalami kerontokan rambut.

Merasa cukup setelah tubuh polos itu tersiram air hangat. Ia lekas keluar usai berganti dengan baju rapi. Matanya jelas terlihat sembab. Kemudian ia intip sang putra yang rupanya sudah dipindahkan ke kamar khusus bayi pagi tadi.

Karena Calvin hari ini menyempatkan untuk ke tempat kerja. Shena mulai menggunakan kesempatan yang ada. Dua koper itu ia isi dengan semua barang miliknya yang ada di rumah ini. Ia bergerak cepat sebelum lelaki itu kembali. Karena Calvin tadi pamitnya hanya sebentar.

"Bude." Shena menuruni tangga dan menemukan Bude Mirna tengah menyiapkan makan siang.

"Iya, Mbak."

"Aku mau pumping. Bisa tolong ambilkan kantong ASI-nya?" Menanggapi dengan raut bingung, Bude Mirna kemudian beranjak menuju salah satu kabinet di area dapur. Ia ambil kantong serta botol penampung asi milik majikanya. Entah, tidak ada yang tahu sejak kapan Shena memiliki benda itu.

Dengan perasaan campur aduk dan mata berkaca-kaca yang ia sembunyikan dari Bude Mirna, membuatnya hampir hilang fokus ketika melakukan pumping. Beruntung ia dengan cepat bisa menguasai diri.

Sebuah senyum samar terlihat di bibirnya ketika ia berhasil menampung banyak asi dalam kantong dan juga botol. Sejak kemarin ia memang sudah makan banyak supaya bisa memproduksi banyak asi. Semua sudah Shena persiapkan dengan matang. Tentang rencananya juga keputusannya.

"Apakah semua ini cukup?" lirihnya tanpa bisa didengar oleh Bude Mirna yang mulai merasa janggal dengan sikap majikannya. Perasaannya diliputi resah, tetapi ia tidak berani bertanya. Jadi, ia putuskan untuk mengabari Calvin jika perempuan itu tengah menimbun banyak asi. Pikirnya untuk apa? Bukankah Shena hanya di rumah saja selama ini? Lalu untuk apa asi-asi itu ditampung dan disimpan dalam freezer.

Kembali ke kamar, ia mengedarkan pandangannya pada semua isi dalam ruangan yang menyiptakan banyak kenangan itu. Hatinya kembali tercabik ketika mendengar suara tangis bayi dari kamar sebelah.

Sebelum melihat kondisi sang anak, Shena sempatkan dulu untuk membalas pesan dari orang yang sejak kecil mengasuhnya.

Shena
Mbak udah siapin mobilnya?

From Enemy to be PasutriWhere stories live. Discover now