💕Bonus chapter 1 💕

885 87 39
                                    





Happy reading guys



💕💕💕

Calvin baru pulang ketika hari sudah merambah malam. Seusai dari tempat kerja tadi ia melanjutkan urusannya menemui beberapa konsumen poultry dan berkunjung ke Sidoarjo tempat di mana pabriknya berdiri.

Semenjak kehadiran Clay mewarnai rumah yang semula penuh pertikaian itu, membuat Calvin selalu antusias ketika sedang perjalanan pulang. Ada sosok kecil dan tampan yang pastinya akan meleburkan semua penat yang memenuhi badan serta pikiran selama seharian bekerja.

Oh, iya. Jangan lupakan satu-satunya istri dari pengusaha itu yang selalu menyambutnya dengan senyuman seterang mentari pagi.

Namun, kali ini bukan Clay tujuan utama Calvin setibanya di rumah. Langkahnya yang terlihat tergesa menunjukkan kekhawatiran pada Shena yang tertangkap tengah menyiapkan makan malam.

Dengusan napas lumayan kasar terdengar begitu Calvin meraih lengan istrinya. Ada ruam-ruam merah yang timbul di atas permukaan kulit putih itu.

"Sesek apa nggak tadi? Atau cuma gatel aja?" Sementara Shena yang baru memindahkan sup iga ke dalam wadah besar berbahan keramik, merespon dengan santai,"Gatel,sih. Tapi waktu liat Clay ketawa seneng pas main sama kucingnya. Ya, rasanya baik-baik aja."

"Dia di mana?" tanya Calvin seraya melepas kemeja yang menyisakan kaos ketat berwarna putih yang mencetak lekuk badannya.

"Main sama Bude." Tak berapa lama setelah Calvin menyiram wajahnya dengan air segar, ia dikejutkan dengan suara cekikikan Clayton di kamar belakang tv yang sudah mereka ubah menjadi ruang bermain anaknya. Karena jika sedang repot di bawah, maka Shena yang tak tenang meninggalkan Clay di kamarnya sendiri.

"Kamu makan dulu. Aku beliin obat di apotek tadi." Merasa dirinya menganggur dan hanya melihat Shena mondar-mandir menyiapkan makan. Calvin tergerak untuk menyelesaikan bahan sambal yang belum diulek.

Semenjak mereka memutuskan untuk berdamai dengan keadaan dan memulai kehidupan baru  sebagaimana pasutri sesungguhnya, Shena tak lagi mengandalkan Bude Mirna untuk membantu menyiapkan makanan untuk Calvin.

Hanya ketika ia kesulitan dengan menu baru yang baru dicoba, barulah Shena meminta tolong pada asisten rumah tangganya itu. Malam ini juga, seperti hari-hari sebelumnya. Ia memasak sendiri dan menyuruh Bude Mirna sebentar untuk menemani putranya.

"Duduk aja." Calvin kembali membawa Shena duduk setelah ia selesai membuat sambal dalam cobek. Lalu diangkatnya ke atas meja makan.

"Udah? Apalagi yang belum?" Lelaki itu menyempatkan sebentar untuk memberi kecupan pada puncak kepala Shena. Ajaibnya, rasa penat, capek, dan lelah yang mengerubungi diri sejak tadi hilang begitu saja. Bahkan rasa itu hilang  ketika ia baru tiba di halaman rumah.

"Udah,sih. Ayo makan!" ajak perempuan dengan dress sepanjang lutut itu. Ia tak merasa khawatir pada Clay. Karena jika Shena masih bisa menangkap suara cekikan anaknya, ia tidak akan resah. Biarkan anak itu bermain dengan dunianya sendiri. Mengeksplor mainannya yang melimpah. Dengan catatan ada Bude Mirna yang ia minta untuk mengawasi sebentar.

Biasanya jika Clay sudah mulai bosan, ia akan mencari sendiri di mana ibunya berada. Karena sudah bisa berjalan bahkan berlari, memanjat, hingga salto ringan. Tangga bagian bawah sengaja Calvin pasang pagar supaya Clay tidak naik tanpa didampingi orang dewasa.

"Bude sama Pak Jamal udah makan?"

"Udah,kok. Pak Jamal lagi keluar aku suruh beli air."

"Oh, pantes mobilnya lagi nggak ada." Keduanya kini menikmati makan malam. Quality time seperti itu biasanya memang sangat mereka perlukan setelah seharian penat dengan urusan masing-masing. Terkadang Calvin juga membicarakan apa saja yang tengah dikeluhkan selama Shena menjaga Clay di rumah. Saling terbuka pada setiap masalah yang sedang mereka hadapi, lalu dikupas dan akan dibahas untuk mencari jalan keluar secara bersama.

From Enemy to be PasutriNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ