💕Hello, Baby💕

736 106 42
                                    




Happy reading guys.

Yang belum follow akun ini, silakan difollow🥰

💕💕💕

Shena berusaha meredam ketakutannya, ketika sang dokter menyarankan untuk pemberian induksi pada dirinya. Atau lebih gampangnya adalah merangsang kontraksi rahim  supaya proses persalinan bisa lebih cepat. Karena melihat hasil dari pemeriksaan CTG tadi, meskipun detak jantung bayi normal, air ketuban yang masih bagus,  tetapi pergerakannya tidak reaktif. Namun, ketika sedang tidak diperiksa, bayi mereka sangat aktif di dalam sana. Menyebalkan bukan?

Jadi menghindari hal-hal yang tak diinginkan, keputusan untuk melahirkan normal dengan induksi adalah yang tepat untuk saat ini. Dari pada bayi di kandungannya  mengalami kesulitan karena sudah lewat dari HPL.

Mengesampingkan semua pekerjaan. Calvin akan full time berada di sisi Shena. Kini, ia sedang mengikuti ke mana saja perempuan itu berjalan pelan menyusuri kamar VIP tersebut. Padahal beberapa menit yang lalu sudah diberikan induksi berupa pil yang dimasukkan ke dalam jalan keluar sang buah hati.

"Belum ngerasa mules? Kalau sakit bilang, Shen." Perempuan itu terlihat biasa saja,tetapi justru Calvin yang sejak tadi menjadi waspada. Karena kata dokter jika induksi pertama tidak bereaksi selama 4 jam dan belum menimbulkan bukaan. Maka akan dilakukan induksi kedua, ketiga, dan seterusnya.

"Sakit. Tapi aku masih bisa tahan." Shena tidak sebodoh itu selama ia hamil. Melalui pernapasan yang teratur dan bagus. Ia bisa meminimalisir rasa sakit, meskipun tetap tidak bisa menyembunyikan ringisannya menahan rasa nyeri tersebut.

Calvin terus memantau keadaan Shena. Sedikit-sedikit ia lapor pada perawat penjaga. Meminta untuk diperiksa ulang istrinya.

"Kamu bisa duduk dulu, Vin? Mama pusing dari tadi lihat kamu mondar-mandir terus." Bu Mila yang duduk di ruang tunggu dalam kamar rawat selebar kamar Calvin  di rumah itu mengomeli putranya.

"Daripada gitu, mending tawarin istrimu makan. Siapa tahu dia lapar." Calvin mengangguk saja, tetapi jujur ia bahkan bisa dibilang jauh lebih cemas dari Shena yang akan melahirkan.

Karena beberapa makanan dari rumah sudah disiapkan. Calvin hampiri sang istri yang seolah sedang room tour kamar VIP tersebut. Memotret beberapa bagian dan mini bar yang terlihat estetik.

"Kamu mau makan?" Shena lantas menoleh. Ia dapati Calvin dengan wajah cemas sembari membawa makanan dalam kotak bekal.

"Boleh."

"Aku suapin,ya?" Cepat-cepat Calvin siapkan tempat duduk setelah Shena tak keberatan untuk disuapi. Satu,dua, hingga banyak suapan makanan masuk ke dalam mulut Shena. Sesekali ia sedikit meringis kesakitan karena reaksi dari induksi tadi.

"Hmm. Apa mamaku tahu aku mau melahirkan?"

"Apa mama nanti ke sini juga?" Sebenarnya dari sejak mereka berangkat ke rumah sakit yang memang tidak jauh dari perumahan, Calvin sudah mengabari  keluarga Shena. Namun, ia belum mendapat balasan apa-apa dari Bu Tania. Hanya Dirga yang merespon panggilannya tadi.

"Nanti pasti ke sini. Aku udah hubungi mama kamu." Calvin berikan segelas air minum. Mengambil dua lembar tisu lalu ia sodorkan pada Shena. Tiba-tiba saja sedikit canggung ketika ia ingin  membersihkan bibir sang istri. Apalagi sejak ia menyatakan perasaannya, walaupun Shena tidak mendengarnya kala itu. Ia dibuat salting sendiri ketika sang istri  menelisik wajahnya cukup lama.

"A–ada apa?" Calvin bertanya dengan gugup.

"Kamu kumisan?" tanya Shena. Ia kemudian sedikit menyandarkan punggungnya pada penyangga kursi. Mendengar pertanyaan itu, tangan Calvin bergerak reflek meraba bagian atas bibirnya.

From Enemy to be PasutriWhere stories live. Discover now