💕Ending chapter 💕

Comenzar desde el principio
                                        

"Ndak mau loling. Mau ikut Dybu." Berjalan dengan lelehan air mata, Clay merentangkan tangannya pada Calvin yang malah tertawa melihat anaknya.

"Oh, Sayang. Anak pinter, sini-sini. Mau ikut aja? Nggak mau rolling lagi?"

"Ndak mau." Masih terdengar suara tangisnya, Calvin lantas memeluk anak itu. Ia gandeng untuk dibawa masuk ke rumah tanpa menggendongnya. Memberinya hiburan dengan menirukan semua suara hewan, tetap saja Clay masih tidak bisa diam. Ia memang anak yang menyenangkan dan aktif. Namun, sekalinya dibuat kesal dan rewel, maka mereka harus berupaya sekuat mungkin untuk mengembalikan tawa dan moodnya seperti semula.

💕💕💕

Shena pikir menjadi orang tua akan susah dilakukan. Nyatanya hal itu lebih dari kata susah ketika ia sudah benar-benar berkecimpung di dalamnya. Clay masih lumayan anaknya tidak sering rewel, makan juga lahap tanpa pilih-pilih, dan sudah bisa tidur sendiri.

Yang seperti itu saja kadang masih bisa membuatnya mengeluh dan hampir hilang kendali. Apalagi saat tidak ada Calvin di rumah dan dia harus memainkan perannya sebagai orang tua tunggal.

Lantas Shena ingat, dengan apa kedua orang tuanya dulu memupuk rasa sabar dan bertahan untuk menghadapi tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Terutama dengan dirinya yang paling susah diatur dan bandel. Mengingat itu, rasanya tak pantas lagi jika Shena menuntut banyak hal pada mereka yang telah membesarkan dirinya tanpa pamrih.

"Dendooong." Bukan pada Shena, Clayton kini menyerahkan selendang jarik atau gendongan jarik itu pada Calvin yang sudah berdandan rapi. Perkara tadi mau tinggal pergi ke pesta, Clay masih rewel sampai sekarang.

"Kamu apain,sih, Vin? Dari tadi wajahnya melas terus." Shena merapikan rambut sebentar lalu melihat Clay yang terus menyodorkan gendongan tersebut di bawah kaki ayahnya.

"Nggak aku apa-apain, Sayang. Dia lagi rewel aja." Shena mengernyit tak percaya.

"Clay sama Ibu,ya? Daddy mau keluarin mobil dulu. Ayo!" Anak yang mewarisi penuh wajah sang ayah itu menggeleng. Ia tetap berusaha meminta gendong pada Calvin menggunakan kain jarik tersebut.

"Tuh, kan. Pasti habis kamu apa-apain. Tolong buruan di gendong,ya, Daddy itu anaknya. Biar cepet berangkat dan nggak kejebak macet nanti." Meraih kain  dari tangan kecil Clay. Shena lantas mengalungkannya pada Calvin yang sudah terlihat tampan dan berkarisma menggunakan kemeja putih yang dipadukan dengan vest kotak-kotak.

Setelah Shena melenggang keluar sembari membawa barang bawaan, Calvin hanya plonga-plongo melihat anaknya yang masih mencebik ingin menangis lagi.

"Jalan aja,ya? Kan Clay anak pintar."

"Ndak mau!!" Takut kedengaran oleh Shena karena suara lantang Clay barusan. Mau tak mau Calvin mengangkat tubuh kecil berbalut busana ala CEO itu dan menggendongnya menggunakan jarik dengan pasrah. Ya, salah sendiri ia jahil pada anaknya tadi.

Tak berhenti disitu juga. Kerewelan Clay merembet ke mana-mana. Termasuk tak mengizinkan Pak Jamal untuk mengemudikan mobil mereka. Untungnya pada Shena, ia bisa sedikit lega tanpa ribet karena Clay hari ini hanya mau dipegang oleh ayahnya.

Jadi, sembari menyetir Calvin harus rela menggendong sang putra dengan jarik motif merak berwarna merah dan coklat itu.

"Bude! Tolong ambilkan buku kuning Clay. Kelupaan tadi." Shena tak sempat keluar, ia hanya melongokkan kepala melalui jendela mobil. Karena kebetulan Bude Mirna ada di halaman rumah.

"Oke, siap, Mbak." Selang beberapa detik, buku kuning keramat atau salah satu pawang dari anaknya itu berhasil ia bawa. Namun, tetap saja. Mau Shena membacakan isi dari buku tersebut, Clayton tetap setia bersembunyi pada tubuh Calvin sambil merasakan nyamannya digendong jarik. Menunggu Clay luluh maka hanya akan membuang waktu. Jadi, lelaki itu lantas jalankan kendaraan miliknya dengan tenang dan berhati-hati karena sambil menggendong sang putra kebanggaan.

From Enemy to be PasutriDonde viven las historias. Descúbrelo ahora