"Oke, kayak gini." Shena mempraktekkan gerak dari kuda-kuda yang tadi disebutkan oleh Calvin.
Sambil menangkis kaki pendek Shena dengan kaki jenjangnya, Calvin mengkritik,"Salah!"
"Gini," ucap Shena santai.
"Kaki lo yang belakang harus ngebentuk sudut 30°. Ulang!" Belum juga Shena memperbaiki posisi kaki, Calvin sudah mencecarnya lagi,"Jaraknya nggak usah jauh-jauh. Lo mau taekwondo apa lompat tali?"
"Lihat sudut kaki belakang lo!" Suara lantang Calvin sebenarnya menarik perhatian para anggota lain. Hanya saja mereka sudah tahu bagaimana lelaki itu jika sudah terlihat serius, tidak ada yang berani menyenggol.
"Ya lo aja yang lihat," bantah Shena dengan masih memasang wajah tenang.
"Itu kaki lo, kenapa harus gue?"
"Lo aja deh. Kan pelatihnya."
"Ya lo,lah!"
"Nggak bisa. Gue lagi madep ke depan soalnya." Suka sekali Shena jika sudah mengalahkan Calvin bukan dalam hal adu mekanik. Melainkan membuat emosi lelaki itu meningkat. Wajah Shena yang tenang, tetapi menyebalkan. Bagi Calvin seperti menelan makanan basi hingga dirinya ingin muntah saat itu juga.
Detik berikutnya lelaki jangkung itu mendekat dengan napasnya yang terlihat naik turun karena kesal. Ia bisikkan sesuatu di sisi perempuan berkuncir kuda itu,"Kalau di sini cuma bikin beban, mending pulang aja,deh."
"Pulang aja,ya? Belajar aja di rumah. Lebih baik ikut ekstrakurikuler jahit atau masak-masakan dari pada di sini."
"Hmm." Balasan yang singkat dari Shena justru memantik api yang tadinya hanya sepercik menjadi semburan. Memanas sudah wajah Calvin seperti cuaca di luar sana.
"Lo nggak pantes di sini! Nggak usah gegayaan mau ikut taekwondo kalau otaknya nggak dipake buat belajar." Merasa tersinggung, Shena yang tadinya baik-baik saja kini tanpa ragu mengangkat satu kakinya lantas ia layangkan pada punggung Calvin.
Mata lelaki itu melotot ketika tubuhnya hampir saja limbung. Ia akui, meskipun kaki Shena kecil dan pendek. Namun, kekuatannya bisa membuat Calvin semakin dendam dan ingin segera mengenyahkan.
Bangun dengan bayangan api di punggung, Calvin berjalan yakin menuju tempat di mana ponselnya ia taruh.
"Oke, gue aduin Mama lo, biar cepet-cepet mengundurkan diri dari sini." Mata Calvin berkilat antusias."Tante Tania, Tania …." Rupanya ia tak main-main. Calvin sungguh menghubungi nomor dari perempuan yang mana adalah teman dekat orang tuanya itu.
Jika sampai ia disuruh mundur, maka bagaimana lagi Shena bisa menjadi sosok yang kuat untuk melawan sang Titan di masa depan? Mati-matian ia mendapat izin itu, tetapi dengan mudahnya dihancurkan oleh Calvin yang terus menakuti-nakuti dirinya dengan muka penuh raut mengancam.
"Stop!"
"Gue aduin ke Mama lo biar tau rasa! Lo lebih baik di rumah aja sana minum susu tumbuh kembang." Calvin berjalan cepat ketika menyadari makhluk titisan katak hijau itu mulai mengejarnya sampai ke luar ruangan.
Hingga memakan waktu bermenit-menit, mereka akhirnya lelah dengan sendirinya. Meskipun tidak melakukan baku hantam, karena sadar sedang di tempat umum.
💕💕💕
"Bukan gini, Sayang. Coba kamu latihan dulu dari basic movement-nya. Ntar kalau udah inget semua, baru latihan lagi buat tingkat berikutnya."
"Oke, deh. Aku juga mau setingkat sama kayak kamu. Biar kalau ada apa-apa. Nggak ngandelin kamu terus." Senyum Shena pagi ini merekah. Perihal kedatangan paket semalam, Shena terus kepikiran sampai dirinya susah tidur. Bukan dari orang jahat atau orang misterius, melainkan paket itu dari Dirga yang memberikan hadiah untuk Clay setelah pulang dari luar kota.
YOU ARE READING
From Enemy to be Pasutri
RomanceBagaimana jadinya, seorang pengusaha muda yang begitu rajin dan ambis dipersatukan dengan cewek mageran tapi mempunyai banyak impian seperti Shena Sandara? Keduanya terpaksa harus membangun rumah tangga tanpa pondasi cinta demi memenuhi keegoisan o...
💕Ending chapter 💕
Start from the beginning
