68. Selalu Selangkah Lebih Maju

Mulai dari awal
                                    

•••

Malam ini, keluarga besar Maitreya termasuk Ibunda dari Edward ikut pergi ke rumah Luna, untuk melanjutkan niat baik yang sudah Jaena katakan.

Juna, dirinya hanya memiliki Adik kembar yaitu Yuna sebagai keluarganya, maka dari itu tidak ada alasan untuk tidak mengajaknya kemari.

Jaena memakai kemeja batik begitupun dengan Papanya, Jordan dan juga Edward, lebih tempatnya para pria memang sepakat untuk memakai tema tersebut.

Mereka semua sudah duduk di ruang tamu kediaman Luna. Benar-benar acara yang sederhana dan kekeluargaan, dimana keluarga Luna yang terdiri dari kedua orangtua dan seorang Kakak laki-laki yang sudah menikah serta memiliki satu orang putri yang masih balita, selebihnya tidak ada yang lain.

Edward memperhatikan Luna yang terus menunjukkan senyum ramahnya di hadapan semua orang. Gadis yang memiliki kepribadian baik itu akan berjalan selangkah lebih maju dari Edward, dan sekali lagi Edward harus mengaku kalah dari Luna yang sepertinya sampai kapanpun Edward tidak akan pernah bisa melampuai gadis itu.

Semenjak telepon satu minggu lalu, mereka tidak pernah lagi bertukar kabar, meskipun hanya sekadar melalui telepon, apalagi bertemu.

Belum menikah saja Luna sudah menjaga jarak darinya, Edward terus membatin seperti itu.

Acara dimulai, Jaena menyelesaikan kata-katanya tentang maksud tujuannya datang ke sini dengan baik, laki-laki itu memiliki tujuan untuk melangkah dengan serius.

Jaena sadar jika dirinya bukan Anak secerdas dan semembanggakan Edward, dirinya bukan Anak yang terlahir cerdas tapi Jaena tahu jika tidak ada Anak di dunia ini yang terlahir untuk bodoh, maka dari itu ia berusaha sangat keras selama ini untuk menjadi Dokter, profesi yang selalu disegani semua orang tersebut, yang juga sama seperti perempuan disukainya.

Jaena laki-laki pemberani, dan hal itulah yang tidak dimiliki Edward. Jaena berani pergi dari zona nyaman dihidupnya, sama seperti saat dirinya lebih memilih untuk menjadi Dokter forensik, alih-alih menjadi Dokter umum.

•••

Disaat yang lain masih menghabiskan waktu untuk mengobrol di meja makan, terutama dua pemeran utama malam ini bersama keluarganya, Edward memilih untuk pergi ke teras rumah dan melihat bunga-bunga yang terawat dengan rapih di area kediaman keluarga Luna.

"Chandra, kamu ngerokok?" Tanya seorang laki-laki dari arah depan rumah sambil mendekat.

"Enggak, Kak." Balas Edward.

"Aku kira tadi kamu ke luar mau ngerokok. Biasanya habis makan emang enaknya ngerokok." Ucapnya sambil menyalakan satu batang rokok dan menghisapnya.

"Kak Danu biasanya gitu?" Tanya Edward.

"Iya, asik tau." Balas Danu, Kakak dari Luna tersebut.

"Asik paru-parunya bisa berubah warna ya kan?" Sarkas Edward membuat Danu tertawa sambil meneruskan menghisap rokoknya.

"Aku tau kalau nggak baik ngomong gini, tapi aku sering kali mikir kalau Luna bakal punya marga baru sebagai Bimasena, ternyata enggak. Tapi Maitreya bagus juga ternyata." Ucap Danu sambil tersenyum.

"Persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil kalau salah satunya atau bahkan keduanya nggak ada rasa, meskipun udah berteman dari kecilpun." Ucap Danu.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang