Bab 22

15.9K 1.8K 31
                                    

Kini Lethisa, Chester dan Victor tengah berada di dalam private room salah satu toko hidangan penutup terkenal di Ibu Kota. Sesuai arahan Lethisa, ia datang bersama Chester dengan alibi membawa pria itu pergi berkencan. Lalu Victor menyusup dengan menjadi seorang pramusaji.

“Kenapa kau memberitahu semuanya ke Pangeran Edgar?!”

Lethisa sudah menceritakan apa saja yang terjadi antara dirinya dan Edgar di pertemuan mereka kepada Chester dan Victor. Itulah sebab mengapa Victor mencecar dengan kesal.

Lethisa melirik sekilas dan menertawakan kefrustrasian Victor sambil menyendokkan chocolate tart ke dalam mulutnya.

“Hei, jangan hanya tertawa! Jawab aku!” sungutnya.

“Aku hanya melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan,” jawab Lethisa santai setelah menghentikan tawanya.

“Hal yang sama ..? Maksudmu adu domba?”

Lethisa berdehem dan mengangguk konstan.

“Aku ingin ia merasakannya, betapa mengerikannya senjata andalannya yang tak berwujud itu ketika itu menikam dirinya sendiri.”

Berbeda dari Victor yang mencak-mencak ketika tahu jika Lethisa memberitahu semuanya pada Edgar, Chester justru bingung setelah sempat terkejut. Terlebih karena satu hal.

“Kenapa kau sering berbohong saat harus jujur, dan malah berkata jujur di saat harus berbohong? Apa kau tidak mengerti situasi yang sedang kau hadapi?” tanya pria bersurai perak itu.

“Justru aku melakukannya karena sangat memahaminya.”

“Kau tidak akan mengatakan semuanya jika benar-benar mengerti.”

“Tujuanku adalah untuk mendapat kepercayaan Pangeran Edgar. Karena itu, aku perlu mengatakan semuanya agar dia tidak meragukanku sama sekali.”

Meski tetap tak bisa sepenuhnya mengerti bagaimana cara Lethisa berpikir bahkan setelah mendengar penjelasan gadis itu, Chester memilih untuk tidak membahasnya lagi. Ia beralih mengatakan hal lain. Ada hal yang ia khawatirkan.

“Apa saja yang kalian lakukan kemarin?” tanya Chester.

“Hanya mengobrol. Seperti yang sudah kukatakan.” Lethisa menjawab sembari mengedik bahu.

‘Kalau soal aku yang sempat menggodanya ... itu tidak harus diberi tahu kan?’

“Apa Pangeran Edgar melakukan hal-hal buruk kepadamu?” tanya Chester lagi.

Lethisa menggeleng kukuh. “Tidak ada. Kenapa?”

“Kau tahu ... kalian hanya berdua kemarin. Belum lagi, kau mengatakan semua informasi yang kau tahu secara gamblang. Aku hanya ... agak cemas.”

Chester yang berkata dengan gestur agak kikuk dan sedikit malu-malu membuat Lethisa mendengus geli.

“Tidak ada. Kami hanya mengobrol dengan tenang.”

“Benarkah?”

“Iya.”

“Kau tidak sedang membohongiku kan?” Chester waswas.

Villainess Want to Die [END]Where stories live. Discover now