Bab 30

12.3K 1.4K 105
                                    

Bagi Lethisa, waktu bergulir terlalu cepat. Ia kesulitan untuk mencerna segala situasi yang terjadi dengan benar. Namun, sebelum ia bisa mengerti semuanya, raganya tiba-tiba sudah berada di tengah sebuah acara pemakaman saja.

Lethisa berdiri di hadapan peti mati. Sambil menggenggam erat setangkai mawar putih, ia menunduk dan memejamkan mata—tak punya cukup keberanian untuk memandang tubuh gadis yang terbaring kaku dan mendingin di kotak tersebut.

“Semoga, kau ...”

Lidahnya mendadak kelu, tidak mampu melanjutkan kata-katanya kala kepalanya mulai berdenyut nyeri secara bertahap.

“... Maaf.”

Pada akhirnya, hanya sepatah kata itu yang berhasil lolos dari bibirnya.

Lethisa meletakkan setangkai bunga yang ia bawa di peti kemudian buru-buru berbalik guna beranjak dari tempatnya. Baru berjalan beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya saat seseorang berdiri di hadapannya, bermaksud menghalangi.

Ia sontak mendongakkan kepala. Setelah melihat kehadiran pria yang dikenali, ia mendengus jengah dan memandang pria itu tanpa minat.

“Apa?” tanya Lethisa agak ketus.

“Untuk apa kau datang?”

“Tentu saja untuk berbelasungkawa.”

“Padahal, seumur hidupnya, Roselyn selalu membencimu. Walaupun sedikit gila, ternyata kau orang baik ya.”

Nada bicara datar dan raut tanpa emosi Devon membuat Lethisa menghela napas pendek dan menatapnya dengan sinis.

“Kau sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang berduka.”

“Kau pasti tahu seperti apa perasaanku yang sebenarnya.”

“Tidak tahu dan tidak peduli,” sahutnya acuh. “Padahal, aku berharap jika ini adalah pemakamanmu. Tetapi ... tunggu saja, giliranmu akan segera tiba. Nantikan itu,” tekannya.

Lethisa segera pergi setelah kalimat finalnya. Devon pun tak menahan kepergiannya, hanya diam seraya memandangi punggung yang kian menjauh itu.

Lethisa berjalan terlalu cepat sampai tersandung kakinya sendiri dan kehilangan keseimbangan. Kalau saja pria yang sudah sejak awal memerhatikannya tidak sigap menghampiri dan menangkap tubuh itu, Lethisa pasti terjerembap di tanah.

“Apa kau baik-baik saja?”

“... Tidak.”

Lethisa menatap pria yang kini tengah mendekap tubuhnya dengan mata bergetar. Deru napasnya menjadi pendek-pendek dan tubuhnya mulai gemetar.

“Aku sama sekali tidak baik-baik saja, Chester.”

***

Selepas beranjak dari prosesi pemakaman dengan terburu-buru, Chester dan Lethisa kini duduk bersebelahan di sebuah sofa yang ada di dalam kamar Lethisa. Chester terus menatap lekat gadis yang masih saja gemetaran di sebelahnya dengan sorot miris. Ia pun tidak berhenti mengusap lembut punggung gadis itu guna memberinya ketenangan.

“... Aku membunuhnya, Chester.”

“Tidak. Kau hanya mengembalikan apa yang dia berikan kepadamu. Kau sendiri yang mengatakan itu semalam, kan?”

Villainess Want to Die [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя