Bab 12

22.3K 2.3K 55
                                    

Lethisa baru saja selesai makan malam bersama seperti biasanya. Ia langsung membuka pintu kamar, berniat segera tidur karena tubuhnya lelah setelah berjam-jam berkeliling bersama Kenneth mulai sejak siang hingga sore hari.

Namun, niatnya terpaksa ia tunda sebab hal pertama yang ia lihat di kamarnya membuat suasana hatinya menjadi buruk.

Lethisa berupaya menggapai benda apa pun di sekitarnya. Pada akhirnya ia melempar vas bunga hingga hancur di lantai, menyisakan bunyi nyaring khas keramik pecah yang terdengar ke segala penjuru kamar.

“N-nona ..?”

“Tutup kembali dan taruh itu, Lily. Kalau tidak, nasibmu akan sama seperti keramik itu,” ujar Lethisa dingin.

“I-itu Nona ... s-saya hanya me—”

“Kubilang, tutup kembali dan taruh!”

Dengan gemetar, Lily menutup buku kecil di tangannya lalu meletakkannya asal di atas bantal yang berada di tepi ranjang, tepat di dekat posisinya berdiri.

Lethisa beranjak dari ambang pintu, berjalan cepat dengan rahang mengeras. Ia menahan emosinya yang mulai terbakar. Ia bergerak menghampiri gadis berseragam pelayan di sebelah ranjangnya yang menunduk dan gemetar ketakutan.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Lethisa tertahan.

“S-saya ingin merapikan ranjang. L-lalu ... i-itu, saya tidak sengaja menemukan buku di dalam bantal. S-saya hanya—”

“Jika kau hanya ingin merapikan ranjang, kenapa harus membuka barang majikanmu tanpa izin?!”

Pada akhirnya Lethisa kalah oleh emosinya. Ia dilahap oleh amarahnya sehingga ia meneriaki Lily dengan lantang.

Kata majikan yang Lethisa katakan merujuk pada Lethisa Xylia Wesley. Karena buku yang sempat Lily baca adalah buku harian milik putri Duke Wesley yang asli, yang ia sembunyikan di dalam sarung bantal, dan ia lupakan eksistensinya sesaat.

“S-saya minta maaf ... N-nona, saya—”

Kalimat Lily lagi-lagi terputus karena Lethisa. Nonanya itu mencengkeram kasar wajah Lily menggunakan sebelah tangan, mengarahkannya agar perempuan itu menatap lurus netranya yang memicing tajam.

“Kalau kau sekali lagi bertindak lancang seperti ini, bukan hanya kariermu yang aku putus, tapi lehermu juga. Mengerti?” ancam Lethisa dingin.
Dengan perasaan takut, Lily segera mengangguk cepat.

“I-iya ... m-mengerti! S-saya mengerti!”

***

Lethisa tidak tahu harus berterima kasih pada Lily atau bagaimana. Sebab, karena kelancangannya itu, Lethisa jadi ingat jika ia sempat menyembunyikan buku harian milik putri Duke yang asli. Kini buku itu sudah ada di pangkuannya dan harus segera ia baca kelanjutannya sampai habis.

Ia membalik kertasnya hingga menemukan halaman yang belum ia baca kemudian membacanya dengan saksama.

• • •
Orang berkedudukan tinggi, pemimpin dari organisasi rencana pemberontakan. Dia lah dalangnya.

Devon, Roselyn, dan beberapa bangsawan lainnya bergabung dalam kelompok di bawah pimpinannya itu.

Untuk menjatuhkan kekuasaan Raja Armand, mereka harus menghancurkan keluargaku lebih dulu. Jadi, mereka akan memulainya dari aku, orang yang dianggap paling lemah di antara pemilik nama Wesley.

Inilah tugas Devon dan Roselyn, membuat skenario perselingkuhan, memancingku agar marah dan menggila karena kecemburuan. Dan berharap aku sampai berupaya membunuh Roselyn. Karena, dengan begitu, aku akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku di Kerajaan. Jadi, aku akan mati tanpa menimbulkan kecurigaan.

Villainess Want to Die [END]Where stories live. Discover now