Bab 24

16K 1.6K 28
                                    

Setelah persidangan selesai, Lethisa tidak langsung pulang. Gadis itu mengikuti Edgar ketika pria itu memintanya. Jadi, di sinilah ia sekarang, paviliun istana. Lebih tepatnya di ruang pribadi milik Edgar yang ada di lantai dua bangunan tersebut.

“Aku tahu kau sengaja menyebar rumor burukmu sendiri demi hari ini. Tak apa, aku tidak berniat mempermasalahkan itu. Hanya saja ada satu hal yang membuatku penasaran.”

Edgar meletakkan cangkirnya ke meja kemudian mengubah posisi duduknya menjadi bersilang kaki. Keningnya berkerut, menandakan jika ia sedang dilanda kebingungan. Telunjuknya mengetuk-ketuk meja dengan konstan selama kepalanya sibuk berpikir sampai akhirnya kembali melanjutkan ucapannya.

“Mengapa kau melepaskan Devon? Bukankah kau sendiri yang bilang jika kau sangat membencinya sampai ditahap ingin melihatnya hidup menderita?”

“Saya harus melakukannya demi anda, Pangeran.”

Edgar mengernyit. “... Demi aku?”

“Ya. Karena saya tahu jika anda butuh waktu lebih banyak untuk mempertimbangkan penawaran saya.”

Benar. Perkataan Lethisa barusan adalah apa yang sedang terjadi pada Edgar. Ia masih menimbang-nimbang keputusan. Berpikir, perlukah ia menuruti gadis itu dan membuang Devon? Atau jangan? Ia masih belum bisa memilih satu di antara dua opsi pilihan tersebut.

“Padahal kau bisa langsung menghancurkan Devon tanpa perlu menunggu persetujuan dariku,” sahut Edgar, agak heran.

“Saya yang mengajak anda bekerja sama di pertemuan kita terakhir kali. Dan, yang namanya kerja sama, tidak boleh ada pihak yang dirugikan, kan? Lagi pula, saya sudah berjanji akan menunggu jawaban dari anda dulu, kalau-kalau anda lupa.”

“Bagaimana kalau ternyata aku tidak setuju?”

“Tidak apa. Saya bisa mencari cara lain untuk menghancur-kan Devon. Yah, walaupun akan agak disayangkan karena jika itu terjadi, anda akan dirugikan oleh saya yang akan menghan-curkan satu pilar anda tanpa bisa anda kendalikan. Sejujurnya, saya tidak ingin merugikan anda, Pangeran Edgar.” Lethisa berbicara dengan nada halus dan persuasif.

Edgar tahu jika perkataan itu tidak memiliki makna selain rayuan. Lethisa tengah ‘menjilat’ dirinya demi mencapai apa yang gadis itu inginkan. Sayangnya, meski sudah tahu, tetap saja Edgar terhanyut.

“Jadi, bagaimana? Apa anda menyetujui penawaran saya, Pangeran? Atau, haruskah saya menunggu sedikit lebih lama? Karena sepertinya anda belum selesai memutuskan.”

Edgar tampak kembali berpikir sejenak.

Euhm ... baiklah,” gumam Edgar seraya mengangguk. “Aku akan menyetujuinya setelah kau berhasil membawa Chester Greevan untukku,” imbuhnya, final.

Lethisa tahu, Edgar bukan orang yang mudah. Pria itu tidak bodoh. Justru aneh jika Edgar tiba-tiba menyetujui usulannya tanpa syarat. Jadi, Lethisa mengangguk seolah menyanggupi perkataannya.

“Saya akan berusaha keras.”

“Aku menantikan itu.”

“Tapi ...”

Lethisa mengantung ucapannya sembari memainkan raut wajahnya. Tidak ada lagi ekspresi percaya diri, ia berpura-pura merasa agak rendah diri akan kemampuannya.

Villainess Want to Die [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu