Chapter 42

20.7K 3.3K 1.5K
                                    

P E M B U K A

Kasih mot buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih mot buat chapter ini

Met malming
***


"Janu! Minggir, nggak?! Gue bisa pulang sendiri! Apaan, sih, maksa-maksa? Lepasin!"

Kanina tidak berhenti memberontak atas sikap semena-mena Janu yang dianggap berlebihan. Sudah ditegaskan berulang kali kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentangnya, tapi pria yang memblokade pintu mobil dengan tubuh jangkungnya begitu keras kepala. Tenaganya yang tidak seberapa, jelas tidak mampu membuat Janu menyingkir. Apa yang dilakukan hanya berakhir sia-sia, buang tenaga.

Kesal atas kekalahannya, ia pun mengeluarkan senjata terakhir; ancaman. "Janu! Jangan rese atau gue beneran marah sama lo! Sekarang, minggir! Biarin gue pulang sendiri."
Biasanya manjur.
Sayangnya kali ini tidak.
Pria itu tetap tidak membiarkannya pulang sendiri. Benar-benar menyebalkan! Kanina sampai tidak bisa menahan diri untuk tidak memukul pelan lengan berotot Janu.

"Rese! Tukang maksa! Gue beneran marah sama lo!"

"Lo bukan mau dimacem-macemin, Nin. Ngapain marah-marah, sih? Gue cuma mau nganterin lo pulang, apa salah?" tanya Janu enteng.

"Salah!" hardik Kanina dengan suara meninggi. "Salah karena lo maksa! Kalau mau nganterin pulang, kapan-kapan aja. Malem ini nggak perlu dianter. Gue bisa pulang sendiri. Ngerti nggak, sih?"

"Iya, gue ngerti lo bisa pulang sendiri. Tapi guenya tetep mau nganterin. Udah, ya. Sekali aja nggak usah keras kepala bisa, kan?"

"Lo yang keras kepala!"

Tidak ingin beradu mulut lagi, Janu meraih betis Kanina yang menahan pintu mobil. Sedikit kesulitan karena gadis itu terus melakukan perlawanan, tapi pada akhirnya Janu berhasil juga menutup pintu, dan mengurung Kanina di dalam.

Selanjutnya pria itu berlari menghampiri Jia yang begitu patuh saat diminta menunggu selama ia mengurus Kanina yang berniat kabur darinya. Janu tersenyum hangat begitu sampai di hadapan Jia yang sibuk dengan ponsel sampai tidak menyadari kedatangannya. Baru setelah dipanggil dua kali disusul tepukan pelan di bahu, Jia mendongakkan kepala.

"Om udah selesai urusannya?"
Gadis itu bertanya usai menyimpan ponsel.

"Udah. Ayo pulang," ajaknya. Begitu uluran tangannya diraih oleh Jia, ia pun bergegas membawa gadis itu masuk ke mobil. Lantaran butuh ruang untuknya berbicara dengan Kanina, maka Jia duduk di depan. Janu dan Kanina di jok belakang.
Ngomong-ngomong malam ini Janu membawa sopir. "Nggak papa, kan?"

"Nggak papa kok. Duduk di mana aja Jia mau. Di bagasi atau di atas kap juga nggak nolak. Hehehe."

Janu menanggapi itu dengan senyuman tipis. Setelah memastikan sabuk pengaman Jia terpasang dengan baik, ia bergegas menuju tempatnya duduk di belakang bersama Kanina yang terlihat marah.

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang