Chapter 8

22.7K 3.3K 602
                                    

PEMBUKA

Emot buat chapter ini 💚❤

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Emot buat chapter ini 💚

***

Ketika mobil dalam keadaan hening, rasanya sedikit aneh; seperti ada yang hilang. Maksud Janu, sebelum ia membeli biskuit regal dan susu UHT untuk Jia, gadis itu tidak berhenti mengoceh tentang hal apa saja, bahkan pembahasannya tadi sudah sampai ke daratan China. Jujur saja, ia mulai sedikit menikmati ocehan random Jia yang katakanlah... unik?
Lalu ketika Jia diberi biskuit dan susu, suasana mendadak hening. Gadis itu makan dengan lahap, cepat, dan berantakan persis anak kecil lalu tertidur nyenyak tidak lama setelah menghabiskan semuanya. Karena itulah tidak ada lagi suara berisik gadis SMA yang tingkahnya seperti bocah SD.

Menanggalkan jas, Janu menjadikan itu sebagai selimut untuk bocah yang terlelap dengan bibir sedikit terbuka. Berusaha abai, namun apa yang baru saja dilihat cukup mengganggu. Dengan gerakan malas, ia meraih selembar tisu di dashboard lalu dilempar ke bibir Jia yang sedikit belepotan oleh remahan biskuit.

Sadar kalau lemparan tisunya tidak membantu apa-apa, Janu pun mengambil benda itu untuk disapukan ke sekitar permukaan bibir Jia dengan gerakan ogah-ogahan.

Ngomong-ngomong apa yang baru saja dilakukan murni karena 'jiwa sosialnya tinggi'. Jadi tidak boleh ada yang mengasumsikan kalau seorang Janu Praba Cakrawala mulai tertarik dengan bocah tidak jelas yang sangat jauh dari tipe idamannya untuk dijadikan sebagai istri. Janu jelas memiliki standar tinggi soal pasangan. Minimal cerdas, dewasa, mandiri, membuatnya nyaman, dan hanya Kanina yang masuk ke dalam kriteria tersebut.
Jia yang berisik, kekanakan, dan aneh jelas bukan seleranya. Ia masih ingin tetap waras dan langkah awal untuk menjaga kewarasan adalah dengan tidak berhubungan dengan makhluk merepotkan seperti Jiasya Ivana.

Sepanjang perjalanan, Janu ditemani dengkuran halus dan pergerakan Jia yang nampak kurang nyaman dengan posisi tidurnya. Sudah cukup kebaikannya hari ini, pria berkemeja putih itu tidak melakukan apa-apa lagi untuk membantu Jia. Biarkan saja bocah tengil itu mengeluh pegal-pegal saat bangun nanti, Janu tidak peduli. 

"Bangun, udah nyampe," kata Janu dengan suara pelan seraya melepas sabuk pengaman. Menoleh ke samping, pria itu tidak mendapati respons atau pergerakan apapun dari bocah yang duduk di sampingnya.

"Ji?" Janu memanggil.

Suara sudah ditinggikan, tapi si freak itu tetap tidak terusik. Ragu-ragu, botol mineral kosong miliknya dipukulkan ke lengan kecil Jia. Sampai pukulan ketiga, usaha Janu belum cukup untuk membuat Jia terjaga. Gadis itu hanya bergumam tidak jelas lalu menggaruk pipi berisinya, merasa terusik.

"Bangun," kata Janu sekali lagi.

Kali ini telapak tangannya bergerak menepuk pipi berisi milik Jia. Cara ini biasa ia lakukan pada Kanina. Kalau Kanina cukup dengan satu kali tepukan pelan saja sudah terjaga, sementara Jia sampai ditepuk berkali-kali pun tetap setia menutup kelopak mata. Bibir yang sedikit terbuka pun ditekan cukup kuat dengan botol lalu disentil hidungnya.

Baby GirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon