Chapter 16

22K 3.6K 1.3K
                                    

P E M B U K A

Emot chapter ini mana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot chapter ini mana?

Update malem, masih melek kan ya? 😹

***

Menggaruk tengkuk, Yuda meringis. Pengin pulang. Obrolannya dengan Jia semakin tidak terarah. Ia sudah capek-capek promosi tentang siapa dirinya, tapi sepertinya Jia tidak paham dengan apa yang ia katakan. Konyolnya, gadis itu malah membahas hal random lain yang menyimpang jauh dari kegiatan promosinya.

Jujur, Yuda malu sendiri ketika materi promosi yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari ternyata hasilnya zonk. Dek crush-nya benar-benar tidak bisa ditebak. Ia pikir Jia akan klepek-klepek dan ia bisa segera digandeng untuk dipamerkan ke Janu, tapi sialnya semua berjalan tidak seperti rencana.
Ternyata sulit juga.
Pantas saja Janu 7 tahun stuck di tahap pedekate.

Mendadak Yuda takut, jangan-jangan waktu pedekate-nya bersama Jia nanti lebih lama dari Janu.
Sudah berbincang cukup lama saja ia dan Jia masih muter-muter bahas boneka santet. Yuda sampai greget sendiri.

Ini kapan bahas tanggal pernikahannya, sih? gerutunya dalam hati. Kalau saja Jia bisa dibeli, sudah Yuda beli dengan nominal berapapun. Hehehe.

"Oh iya, gue boleh minta nomor lo?" tanya Yuda ketika mobilnya berhenti melaju karena lalu lintas menyala merah.

"Boleh. Kosong delapan...."

"Maksud gue, nomor rekening lo. Kalo nomor HP gue udah punya dari lama." Cuma nggak berani ngechat aja. Tremor mulu, sambungnya dalam hati.

"Mas Yuda mau bobol rekening Jia?" tuduh Jia dengan ekspresi terkejut yang sangat baik.

Pria di sebelah Jia langsung terdiam, jiwanya terguncang hebat.
Yuda Anggana Bagaspati: pewaris tunggal seluruh kekayaan Tuan Bagaspati yang tahun ini kekayaan bersihnya ditaksir mencapai nominal 173 triliun rupiah, dituduh merencanakan pembobolan pada rekening milik Jiasya Ivana yang nominalnya mungkin tidak lebih besar dari uang jajannya dalam sebulan. Halo, pengacara!
Ada kasus pencemaran nama baik.

Yuda benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran ajaib Jia. Setelah mengira dirinya adalah preman pasar, menebak kalau pekerjaannya hanyalah maling kekayaan orangtua, sekarang dituduh tukang bobol rekening.
Ngomong-ngomong, apa warna aura-nya sehitam itu?

"Bukan gitu, Ji," sangkal Yuda masih berusaha untuk sabar. Gimana, ya, jelasinnya? Takut salah ngomong. "Gue minta nomor rekening lo biar gampang. Gue ini orangnya alhamdulillah suka berbagi kalo lagi seneng. Niatnya gue mau berbagi sama lo."
Tidak mungkin, kan, kalau Yuda terang-terangan mengatakan soal keinginannya untuk menobatkan Jia sebagai sugar baby.

"Jia dapet bansos?"

"Eeehh." Yuda tersenyum, senyum yang mengandung tekanan dengan kadar depresot  55%. "Iya gitu, lo dapet bansos. Seneng nggak dapet bansos?

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang