Chapter 30

22.3K 3.4K 1.5K
                                    

P E M B U K A

Gatau kenapa mood ngetik malem-malem :)

Kasih emot buat chapter ini

***


Tidak ada yang berubah dari seorang Yuda Anggana Bagaspati ketika dihadapkan pada sebuah masalah. Sejak dulu, ia selalu mengandalkan kekuasaan sang ayah yang mampu menyelamatkannya di situasi sesulit apapun.

Hari ini pun masih sama. Atas masalah yang ia ciptakan hingga membuat Jiasya Ivana tidak baik-baik saja, Bagaspati langsung dihubungi, dan diberi beban untuk menyelesaikan semuanya.
Bukannya lepas tangan, hanya saja ia tak biasa membawa dirinya ke situasi sulit. Kalau sosok ayahnya masih mampu memberi jalan pintas, untuk apa ia harus menempuh jalan berliku yang tidak bisa memberi jaminan apa-apa untuknya? Yuda bukan golongan orang yang suka mempersulit diri dan mengedepankan harga diri demi terlihat mandiri.

Tidak bertanggungjawab?
Justru ini caranya bertanggungjawab.

"Kenapa Jia bisa kayak gitu?"
Raut khawatir tidak bisa Bagaspati sembunyikan dari wajah sejak melihat bagaimana kondisi Jiasya Ivana sebelum tenaga medis datang.

"Aku nggak ngapa-ngapain," balas Yuda santai. Rasa khawatir yang sempat bersemayam dalam dirinya perlahan menguap begitu ayahnya datang bersama tim medis.

"Ayah bakal bantu beresin semuanya dan pastiin kamu aman dengan syarat kamu jujur. Jangan coba bohongin Ayah, Yuda. Jia nggak mungkin kayak gitu kalau kamu nggak bikin ulah." Bagaspati mencoba  mengendalikan diri agar tidak mengandung kecurigaan, namun sepertinya tidak berhasil.
Semua terlalu kentara.
Terutama kekhawatirannya yang tidak bisa diajak kerjasama.

Yuda mengusap tengkuk lalu menatap reaksi berlebihan dari sang ayah padahal masalahnya sepele. Ia menyebutnya sepele karena di sini kondisinya baik-baik saja. Berarti tidak ada yang perlu Bagaspati khawatirkan. Tidak seharusnya Bagaspati bereaksi demikian mengingat bagaimana wataknya pada orang lain yang terkesan tidak peduli.
Satu lagi, Yuda juga mencium keanehan ketika ayahnya repot-repot ingin terlibat langsung. Padahal biasanya tidak seperti ini.
"Aku beneran nggak ngapa-ngapain. Ayah bisa tanya langsung kalau nanti Jia udah baikan."
Ia tidak sepenuhnya bohong, kan?
Rencana awal memang ingin mencicipi sedikit tubuh Jia karena terbawa suasana, namun belum sempat terealisasikan kewarasannya kembali dan ambil kendali.

"Jangan coba bohong sama Ayah, Yuda."

"Ayah nggak percaya? Aku emang nggak ngapa-ngapain."

Helaan napas pria berstelan rapi itu terdengar berat. Kesabarannya sudah tergerus habis, tapi ia harus tetap mengontrol diri. "Kalau emang kamu nggak ngapa-ngapain, bisa jelasin kenapa Jia sampai kayak gitu? Nggak mungkin kalau tanpa sebab."

"Tadi aku sama Jia main di hutan. Jia yang ngajakin ngonten bareng. Pertama kita---"

"Yuda," sela Bagaspati pada putranya yang bertele-tele. Pria itu sama sekali tidak peduli pada informasi tidak berguna itu. Saat ini ia hanya butuh narasi inti tentang hal buruk yang Jia alami. "Bisa langsung ke intinya? Kalau mau main-main, jangan sekarang. Ayah nggak punya banyak waktu buat ladenin."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang