Chapter 35

27.2K 3.8K 1.2K
                                    

P E M B U K A


Setelah sekian lama, akhirnya bisa update juga 🤧

Absen emot dulu ya

***

Janu pernah berada di fase muak pada ocehan berisik Jia, tapi fase itu sudah berlalu tanpa ia sadari. Kini ocehan random gadis itu menjadi cara paling sederhana untuk membuatnya tersenyum. Perlahan  juga otaknya mulai terhubung dengan segala topik ocehan tidak jelas Jia, aktif memberi tanggapan. Terkadang ia menyumbang topik agar obrolan terus berjalan. Dengan begitu Janu bisa terus menikmati gerak bibir Jia yang menjadi candunya akhir-akhir ini.

"Nanti pulang sekolah gue yang jemput terus lo ikut ke kantor," kata Janu sebagai solusi dari rasa bosan yang Jia keluhkan. "Tapi jangan rewel apalagi baru nyampe terus minta pulang. Awas aja, gue bakal lempar lo dari lantai 10."

Memilih acak, ia mengangsurkan jepit rambut pilihannya. Saat tangan Jia terulur hendak mengambilnya, Janu menarik tangannya menjauh. Tiba-tiba pria itu ingin menebar kebaikan lebih banyak. Untuk itu ia inisiatif sekalian membantu memasangkan.
"Biar gue aja yang pasangin," katanya.

Secara otomatis Jia sedikit menunduk lalu mendekatkan kepala ke pria yang duduk bersila di hadapannya.
"Pake dua jepit rambut, ya, Om." 

"Hmmmm."
Ragu-ragu, demi memuaskan rasa penasaran, Janu mendekatkan hidung hingga nyaris menyentuh rambut Jia yang beraroma strawberry. Sebisa mungkin ia menahan, namun usahanya gagal. Tanpa mampu dicegah lagi, telapak tangannya sudah mengelus rambut halus Jia yang sedari tadi mengundangnya untuk singgah dan mengelus-elus di sana. Lembut sekali.
"Rambutnya agak berantakan, gue rapiin dulu."

"Iya, Om. Terima kasih banyak, ya, udah bantu rapiin juga," kata Jia anteng sembari menatap kancing kemeja Janu.

Sudah cukup puas mengelus rambut Jia, Janu pun memasangkan dua jepit rambut di sisi sebelah kanan. "Udah."

Jia meraba kepalanya sampai menyentuh jepit rambut. Tanpa menarik tubuhnya menjauh, gadis itu mendongak dengan mata mengerjap lucu. "Jia cantik nggak?"

Setelah bibir, sekarang mata.
Lalu besok apa lagi?
Apa nantinya semua yang ada dalam diri Jia menjadi candunya?
Kalau iya, pasti sangat merepotkan perasaan.
"Cantik."

"Terima kasih. Hehehe."

"Bukan lo, tapi jepit rambutnya," cibir Janu. Sentilan pelan ia lepaskan di dahi Jia membuat empunya mengerang lucu sebagai bentuk protes diakhiri gerakan mengerucutkan bibir. Ingin sekali Janu melakukan hal yang sama lalu menyatukan ujung bibirnya dengan ujung bibir Jia.
Ah sialan!
Lagi-lagi pemikiran seperti itu!
"Udah pake minyak telon?" tanyanya mengalihkan perhatian dari bibir Jia yang mulai ditetapkan menjadi zona bahaya pemicu pikiran mesum.

Baby GirlWhere stories live. Discover now