Chapter 37

23.4K 3.2K 799
                                    

P E M B U K A

Sebelum baca, kasih emot buat chapter ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum baca, kasih emot buat chapter ini

***

"Janu?"

Pria dengan wajah kusut dan mata menahan kantuk berat itu pun mengedarkan pandangan mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya. Sudut-sudut bibirnya terangkat sampai membentuk lengkung senyum kala mata sayunya menangkap sosok gadis cantik tak jauh dari posisinya. Tidak sedang membual, kantuknya memang langsung hilang begitu sang gadis mengayunkan kaki menghampirinya.

"Dari mana?"

Tatapan mata Janu turun, terkunci pada gerakan jemari lentik Kanina yang tengah merapikan jaket bombernya, menarik ritsleting sampai ujung, diakhiri dengan menangkup pipinya yang dingin. Janu masih diam, bahkan saat Kanina membagi kehangatan lewat telapak tangan yang baru saja digosok. Tidak hanya pipi, telapak tangannya juga turut diberi kehangatan.

"Dingin banget tangannya. Habis dari mana pagi-pagi banget? Kenapa nggak istirahat aja, sih, Nu? Nggak inget sakit semalem?" tanya Kanina. Janu bisa merasakan kekhawatiran gadis yang tengah membimbing kedua tangannya masuk ke masing-masing kantong jaket. 

Alih-alih menjawab, Janu justru balik tanya. "Lo kok udah bangun jam segini?" Waktu baru menunjukkan pukul 04.30, terlalu pagi untuk Kanina bangun. Harusnya gadis itu istirahat lebih lama lagi mengingat aktivitasnya yang selalu padat.

"Gue dari tadi nanya loh."
Gadis di hadapan Janu menggerutu. Dari ekspresi wajah dan bibir yang sedikit mengerucut itu cukup menjelaskan kalau Kanina kesal.
Hal itu justru membuat Janu terkekeh geli sampai tidak kuasa menahan diri untuk tidak menjepit hidung sang gadis sampai memerah. Jepitannya baru terlepas saat erangan Kanina lolos disusul pukulan di dada.

"Nggak dari mana-mana, Nin," katanya lalu menikmati ekspresi yang belakangan ini tidak hadir mengisi harinya.

"Beneran?" tanya Kanina penuh selidik. "Gue kebangun jam 3 loh dan pas mau ngecek keadaan lo, lo-nya nggak ada."

"Susah, ya, kalo mau ngibulin lo," simpulnya dikemas dengan nada jenaka.  Dari awal Janu tidak ada niat untuk berbohong. Ia enggan memberi jawaban spesifik lantaran merasa itu bukanlah hal yang penting untuk Kanina ketahui. "Gue dari rumah Jia."

"Jia?" beo Kanina.

"Yang dijodohin sama gue."

"Jia baik-baik aja, kan?"

"Baik-baik aja, emang belakangan ini lagi agak rewel."

Kanina menelaah jawaban Janu.
Tidak ada getar marah yang terselip, padahal dulu hal-hal tentang Jia adalah sumber emosi untuk pria itu.
Ia terdiam untuk menenangkan diri. Lalu saat tak sengaja menangkap senyum Janu begitu menuturkan tentang Jia, perasaan yang hinggap saat ini semakin mengganggu ketenangannya.

Baby GirlWhere stories live. Discover now