Chapter 31

20.5K 3.8K 1.3K
                                    

P E M B U K A

Update malem lagi 😗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update malem lagi 😗

Kasih emot dulu sebelum baca

***

"Jadi selama ini Om Arkan bohong?"

"Terpaksa. Demi Jia."

Janu masih menaruh harapan besar kalau ini hanyalah bagian dari skenario konyol yang Tifanny susun untuk menyatukannya dengan Jia.
"Ma, tolong banget. Sekarang bukan waktunya bercanda, jadi tolong jawab jujur. Aku janji nggak bakal marah atau gimana-gimana ke Mama.
Sekali lagi aku tanya, ini cuma akal-akalan Mama aja kan? Pasti Mama sengaja bikin aku ngerasa kasihan sama Jia."

Sayangnya harapan itu patah ketika Tifanny menamparnya dengan bukti lain yang lebih kuat, hingga tidak ada alasan lagi untuk Janu tidak mempercayainya.
Semua bukti sudah cukup jelas.

"Kalau masih belum percaya, Mama bisa temenin kamu ketemu daddy-nya Jia sekarang juga biar kamu tau sendiri dari orangnya langsung. Barang kali kamu udah nggak percaya lagi sama Mama," kata wanita itu ketika putra tunggalnya terlihat begitu serius memeriksa isi map yang ia berikan.

Bukan tak percaya lagi pada sang mama. Selama ini semua terlihat baik-baik saja. Wajar kalau Janu begitu kesulitan untuk mempercayai semua itu. "Kevin tau soal ini?"

Tifanny menganggukkan kepala sebagai jawaban, lalu memberi kalimat penjelas, "cuma Jia yang belum tau."

"Kenapa harus sembunyiin ini dari Jia? Ini bukan hal sepele dan Jia punya hak buat tau soal ini. Dibanding aku, Jia justru lebih berhak buat tau. Kenapa Mama nggak kasih tau Jia juga?"

"Itu bukan kapasitas kita, Nu. Mama percaya, mereka punya alasan kuat kenapa nyembunyiin hal ini dari Jia," balas Tifanny lalu beranjak menuju lemari. Masih ada yang harus Janu ketahui.  

Melihat Mama-nya kembali mengeluarkan sesuatu dari lemari, mendadak Janu khawatir.
Ia belum sepenuhnya siap kalau harus tahu lebih banyak lagi menyangkut kehidupan Jia.
"Ini apa lagi, Ma?" tanyanya. Box berwarna hitam ada di hadapannya sekarang.

"Buka aja, nanti kamu tau jawabannya."

Kerutan di dahi Janu terlihat semakin kentara kala melihat isi box hitam.
Sebuah majalah edisi khusus keluaran lama dengan sampul seorang wanita cantik yang terasa tidak asing. Ia mencoba mengingat, namun tak ada kepingan ingatan tentang wanita itu. Hingga saat tatapannya terkunci pada mata monolid sang wanita, pria itu menyadari sesuatu. Wanita di sampul mengingatkannya pada sosok Jiasya Ivana. Tidak hanya mata. Bibir, hidung, dan senyumnya sama persis dengan milik Jia. Janu tidak mungkin salah mengenali. Hal-hal tentang Jia sudah terpeta dengan sangat baik dalam ingatannya sejak bocah itu sering datang dalam angan.

"Ini?" Janu mendongak menatap sang mama. "Tante Evelyn?" tebaknya.

"Iya, itu Evelyn mommy-nya Jia."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang