Chapter 28

18.7K 3.3K 1.1K
                                    

P E M B U K A

Emot buat chapter ini jangan lupa ***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emot buat chapter ini jangan lupa
***

Sebenarnya Yuda sudah dilarang keras datang oleh Janu yang butuh ketenangan untuk istirahat, namun pria itu tetap nekat seperti biasa.
Dini hari ketika Janu yang baru bisa tidur karena rasa sakit membuatnya tidak nyaman, Yuda tak hentinya mengirim teror lewat pesan dan panggilan, meminta segera dibukakan pintu.

Mulanya Janu berusaha untuk tidak peduli dan sengaja ingin memberi pelajaran pada Yuda agar sedikit belajar untuk menghargai orang lain.
Ia pun sudah cukup berani mengambil langkah dengan menonaktifkan ponsel lalu berusaha untuk kembali tidur.  Sayangnya ketidakpeduliannya hanya bertahan sampai menit ke lima saja. 

Janu kehilangan kenyamanan dan terus diliputi perasaan khawatir pada Yuda. Semenyebalkan apapun, Janu selalu saja ingat kalau Yuda lah yang selama ini banyak membantu. Tidak bisa membalas jasa pria itu dengan materi, maka Janu bertekad membalasnya dengan terus memperlakukannya sebaik mungkin. Kalimat Hana yang meminta tolong untuk berperan dalam menjaga Yuda juga menjadi kelemahan.

Mengaku kalah, Janu pun meninggalkan ranjang dan bergegas turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu utama.
"Masuk."

"Udah gue duga, lo nggak mungkin sejahat itu sama gue."
Yuda berkata dengan senyum menyebalkan khasnya. Menenteng beberapa paper bag bawaannya dan hoodie, pria berkaus hitam itu pun mengayunkan kaki melewati Janu. 

"Langsung tidur."

Yuda berputar seratus delapan puluh derajat, itu membuatnya harus melangkah mundur. Sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan aman. Si anak tunggal kaya raya itu pun berkata, "gue ke sini mau curhat. Gimana ceritanya lo nyuruh gue langsung tidur?"

"Ceritanya bisa besok."

"Gue maunya sekarang," balas Yuda, keras kepala seperti biasa. "Nggak bakal bisa tidur sebelum konsultasi ke lo."

Menghela napas berat, untuk kesekian kalinya Janu terpaksa mengalah. Percuma.
Berdebat dengan si keras kepala hanya buang-buang waktu saja.

Sampai di kamar, Yuda langsung melompat ke ranjang dan membongkar isi paper bag yang didominasi junk foods.
Sementara Janu mengambil ponsel sebelum menyiapkan kasur lantai lalu meringkuk sembari menikmati rasa ngilu di rahang. Sisa-sisa kesabaran ia gunakan untuk mendengar celotehan berisik Yuda.

"Gue nggak sepenuhnya salah kan, Nu? Posisi gue nggak tau kalau Jia alergi kacang. Andai gue tau, gue nggak bakal ngasih itu ke Jia. Justru di sini Jia yang salah. Pas gue ngasih itu, Jia-nya diem-diem aja. Nggak bilang kalau alergi kacang. Coba kalau bilang, gue pasti bakal pesenin menu lain."
Usai menceritakan kronologi singkat bagaimana ia mendapatkan memar di tulang pipi, Yuda pun membela diri. Tidak terima dengan tindakan Kevin yang langsung menghakiminya tadi.

Baby GirlWhere stories live. Discover now