Bab 40

11K 736 4
                                    

“Lo bukan teman gue.”

“Elahhhh, kita kan teman sekelas.”

Benar sekali tebakan kalian. Orang yang sekarang duduk di samping Ajeng, dialah Zidan- teman sekelasnya. Satu dari dua laki-laki yang sering mengganggunya.

“Bisa nggak lo jangan galak-galak sama gue?" Kata Zidan lagi, karna mendapati Ajeng tak membalas ucapannya tadi.

“Nggak bisa.” Balas Ajeng cepat.

Jujur saja, jika berdekatan atau berbicara dengan laki-laki itu, entah kenapa ia rasanya ingin selalu mengamuk.

Mungkin karna Zidan pernah dengan seenak jidat langsung memegang tangannya. Ajeng pernah mengatakan jika, ia sangat tidak suka jika ada orang lain menyentuhnya. Meskipun kata Zidan tidak sengaja, tetap saja ia tidak suka. Juga karna ada hal lain.

“Lo jahat.” Ujar Zidan, dan Ajeng hanya mengendikan kedua bahunya sebagai balasan.

“Lo cewek paling galak yang pernah gue kenal.” Zidan menyindir.

“Lo cowok paling cerewet yang pernah gue kenal.” Balas Ajeng tak mau kalah.

“Gpp cerewet yang penting gue ganteng.” Balas Zidan percaya diri seraya menyugar rambutnya ke belakang dengan jari-jari tangannya.

Ajeng mendecih, mendengar ke-pd-an laki-laki itu, “Ganteng? Lo jelek.”

“Baru lo doang di dunia ini yang ngatain gue jelek. Padahal cewek lain pada muji gue ganteng. Dan gue emang ganteng sih.” Katanya lalu terkekeh pelan.

“Lo terlalu percaya diri.”

“Percaya diri itu penting.”

“Terserah.” Balas Ajeng acuh.

“Mending lo gue antar pulang, sudah hampir magrib. orang tua lo pasti nyariin.” Zidan menawari Ajeng untuk mengantarnya pulang.

“Gue nggak punya orang tua.” Balas Ajeng dengan suara dinginnya.

Hal itu membuat Zidan mengerutkan dahinya bingung. “Hah? Maksud lo? Kalau lo nggak punya orang tua, terus lo tinggal sama siapa?”

“Sama iblis.”

“Hah?”

Zidan semakin dibuat kebingungan mendengar jawaban Ajeng. Sungguh demi apapun, jawaban gadis itu sangat tidak masuk akal. Emang ada orang yang bisa tinggal sama iblis?

“Manusia berkelakuan seperti iblis.” Ajeng meralat ucapannya.

“Apa sih maksud lo? Gue nggak ngerti." Zidan masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh gadis di sampingnya itu.

“Banyak orang yang kelakuannya lebih iblis dari iblis.”

“Siapa yang lo maksud iblis?”

“Sarah, Bayu, Amel dan...” Ajeng menoleh menatap Zidan dengan tatapan dingin nan tajamnya, “Lo,...” lanjutnya seraya menunjuk laki-laki yang sekarang terlihat kebingungan itu.

“Gue bukan IBLIS!” Balas Zidan menekankan kata terakhirnya.

Jujur, ia tersinggung saat Ajeng menyamakannya dengan iblis. Padahal, ia laki-laki baik.

AJENG (COMPLETED)Where stories live. Discover now