BAB 38

9.5K 693 5
                                    

Dijalanan komplek perumahan mewah, terlihat seorang gadis dengan seragam putih abu-abu, tengah berdiri dipinggir jalan. Terpatnya, didepan sebuah rumah mewah bercat putih coklat, bertingkat dua, yang memiliki halaman luas serta memiliki pagar tinggi menjulang berwarna hitam. Gadis itu-Ajeng.

Terhitung sudah 15 menit lebih, Ajeng menatap bangunan rumah mewah itu. Bukan tanpa alasan ia melakukannya, hanya saja, rumah itu sangat mirip dengan yang ada didalam potongan kejadian itu.

Ajeng mengalihkan tatapannya saat melihat seorang laki-laki paruh baya dengan seragam berwarna hitam melekat ditubuhnya, berjalan menuju pagar dan berdiri dibaliknya sembari menatap padanya melalui celah yang ada.

Ajeng tahu jika laki-laki paruh baya itu sudah sejak tadi mengintainya dari balik CCTV. Ajeng tebak, si bapak pasti penjaga/satpam rumah mewah itu.

"Adek cari siapa? Soalnya saya liat dari tadi adek natap rumah ini terus?" Tanya bapak penjaga itu.

"Atau, Adek mencari Den Azka? Saya lihat seragam sekolah yang adek pakai, mirip sama Den Azka." Tanya bapak itu lagi.

"Iya." Jawab Ajeng singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari bapak-bapak itu.

Ya, rumah yang ada di potongan kejadian dalam ingatannya itu, rumah milik Azka. Itulah alasan Ajeng meminta Lintang untuk menemaninya, karna ia tahu kedua laki-laki itu bersahabat. Tapi sayangnya, Lintang lebih memilih bertemu dengan perempuan lain dibanding menemaninya ke rumah Azka.

Katanya suka sama gue, tapi malah nemuin si anak pelayan.

"Adek temannya Den Azka?" si bapak kembali bertanya.

"Em, iya." Jawab Ajeng berbohong.

Ya, bohong, karna laki-laki stress itu jelas bukan temannya, melainkan teman Lintang. Hanya saja, ia melakukan itu agar laki-laki tua dibalik pagar itu mengizinkannya untuk masuk ke rumah itu.

"Jadi, Adek ini ingin bertemu dengan Den Azka?"

"Iya. Apa... boleh?" Tanya Ajeng ragu.

Bapak penjaga itu tersenyum, "Sangat boleh. Tunggu ya, dek, saya buka dulu pagarnya,"

"Iya." Jawab Ajeng pendek. Bapak penjaga itu hanya tersenyum tipis mendengar jawaban gadis didepannya, yang hanya menjawab dengan singkat-singkat setiap pertanyaannya.

Untung saja penampilan Ajeng tidak aneh seperti biasanya. Sebelum masuk ke Komplek perumahan, ia sempat mengikat rambutnya dan juga melepas jaketnya, lalu menyimpannya kedalam tas. Hal itu Ajeng lakukan agar orang yang tinggal di perumahan ini serta penjaga rumah Azka tidak menganggapnya aneh, dan berakhir mengusirnya.

"Kebetulan Den Azka baru saja pulang dari sekolah." Celetuk Laki-laki paruh baya itu, sembari membuka pagar, lalu mempersilahkan Ajeng untuk masuk, "Silakan masuk,"

"Terima kasih." Ucap Ajeng dan dibalas senyum tipis oleh bapak penjaga.

Sebelum berjalan menuju rumah utama, si Bapak penjaga terlebih dahulu menutup pagar kembali. Lalu menyuruh Ajeng untuk mengikutinya.

"Pacarnya Den Azka, ya?" Tiba-tiba si bapak penjaga bertanya demikian.

"Bukan." Jawab Ajeng sembari menoleh pada sekitar.

Ajeng merasa seperti ada yang mengawasinya, tetapi ia tidak bisa memastikan apa itu. Dan juga entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat saat ia baru saja berjalan melewati pagar. Ada perasaan yang sulit di jelaskan dengan kata-kata yang ia rasakan.

"Kirain, Adek pacarnya Den Azka." Kata bapak penjaga disertai dengan kekehan pelan di akhir kalimatnya.

"Tidak mungkin ada gadis secantik bidadari dari surga mau sama den Azka yang sembrawutan."

AJENG (COMPLETED)Where stories live. Discover now