BAB 19

11.5K 908 19
                                    

“Gimana, mas, sudah dapat informasi soal teman kamu itu?” Tanya Rania pada Harry- suaminya.

Saat ini, pasangan suami istri itu tengah duduk di sofa ruang keluarga sembari mengobrol. Tepatnya, membahas sesuatu yang telah lama menghilang.

Harry menyimpan ponsel yang tadi dipegangnya ke atas meja, lalu menatap sang istri yang duduk di sofa depannya, “Belum, sayang. Orang suruhan mas, masih sulit mencari  informasinya, karna benar-benar tak ada jejak sedikit pun.” Jawabnya.

“Sedikit pun nggak ada?”

“Iya, tidak ada.”

“Berarti sangat sulit nyari informasinya. Eh, Dia itu sebenarnya hanya teman atau sahabat, mas?” Tanya Rania.

“Bukan hanya sekedar teman, tapi sudah mas anggap saudara kandung. Dia itu teman yang sangat berjasa untuk keluarga mas. Dulu saat orang tua mas terancam bangkrut, orang tuanya teman mas itu yang bantuin, sampai bisa seperti sekarang.” Jelas Harry. Dia kembali mengenang sahabat baiknya yang telah menghilang entah kemana.

“Kapan keluarga mas hampir bangkrut?” Tanya Raina lagi. Suaminya tidak pernah menceritakan padanya kejadian itu.

“Sudah sangat lama. Mas masih di SMA. Coba kalau tidak ada dia, pasti mas dan keluarga tidak akan pernah bisa membangun perusahaan lagi. Atau mungkin saja mas jadi kuli bangunan sekarang.”

Raina terdiam sesaat, lalu bertanya lagi. “Kenapa tidak bertanya sama keluarganya saja, mas?”

Harry menghela napas pelan, lalu menjawab, “Orang tuanya meninggal pas hari kelulusan kami di SMA. Dia juga anak tunggal, tidak punya keluarga lagi. Kalau istrinya, dia anak yatim piatu sejak kecil. Tinggal dan besar di panti asuhan. Makanya sangat sulit mencari informasi mereka."

Raina terdiam. Wanita itu sedang memikirkan banyak hal.

“Tumben kamu banyak nanya? Biasanya kamu malas ngurusin orang lain." Tanya Harry dengan sebelah alis terangkat. Sedikit heran dengan istrinya yang baru kali ini penasaran dengan sesuatu hingga bertanya sedetail mungkin.

Raina tersenyum tipis, lalu menjawab, “Aku kan penasaran, mas. Nggak tau kenapa, pas Dara bilang punya teman,  jadi teringat kalau mas pernah cerita punya teman yang istrinya punya kemampuan spesial juga." Jelasnya.

Harry mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, “Padahal kamu itu pernah ketemu sama mereka,” Kata Harry.

“Hah? kapan?” Tanya Rania memasang wajah bingung. Wanita itu mulai menebak-nebak, kapan ia pernah bertemu dengan orang yang suaminya maksud.

“Mereka pernah kesini, sayang. Pas usia kehamilan kamu 1 bulan waktu itu. Kamu lupa?”

“Aku nggak ingat, mas. Yang mana sih orangnya?” Tanya Rania penasaran.

Ia berusaha mengingat, siapa wanita yang pernah ke rumahnya saat ia hamil. Tapi, banyak yang datang waktu itu. Dan tidak mungkin ia bisa mengingatnya. Lagi pula, kejadiannya sudah 17 tahun lalu.

“Itu loh yang megang perut kamu, yang rambutnya panjang. Mereka datangnya pas selesai magrib waktu itu.”

Rania kembali memutar memori masa lalu dalam otaknya, berusaha mengingat wanita yang pernah memegang perutnya saat usia kehamilannya satu bulan. Seingatnya, hanya beberapa orang saja yang memegang perutnya waktu itu. Hanya keluarganya, dan satu wanita berambut panjang yang,..

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang