BAB 25

11.3K 816 8
                                    

“Lintang?”

Lintang yang berdiri di samping mejanya sembari memasukkan buku kedalam tas, menghentikan kegiatannya saat mendengar suara seseorang memanggil namanya.

Segera membalikkan badannya mencari sumber suara itu. Sebelah alisnya terangkat setelah Kylana, si murid baru di kelasnya, berdiri tepat di sampingnya dengan senyum tercetak di wajahnya.

“Nama lo Lintang, kan?” Tanya perempuan itu.

“Ya.” Jawab Lintang singkat, lalu mengalihkan pandangannya ke sekeliling kelas.

Ternyata hanya dirinya dan perempuan itu yang masih berada di dalam kelas. Sementara teman sekelasnya yang lain sudah keluar sejak bel istirahat berbunyi beberapa menit lalu. Termasuk kedua temannya, Lian dan Azka. Keduanya sudah berada di kantin sekarang, dan Lintang berniat menyusulnya setelah membereskan buku bukunya. Tapi tertunda karna gangguan dari perempuan itu.

“Lo udah tau kan nama gue? Jadi gue nggak perlu ngenalin diri lagi,” ujar Kyla masih dengan senyum manis di wajahnya. Lebih tepatnya, di buat semanis mungkin, agar laki-laki di depannya tertarik padanya.

Jujur saja, Kyla langsung merasa tertarik pada laki-laki itu, dari sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di kelas barunya dan melihat Lintang.

Menurut kyla, laki-laki itu memiliki wajah yang sangat tampan dan terlihat kaya tentunya. Makanya dia berniat untuk mendekati Lintang dan menjadikannya pacar. Meski pun sebenarnya Kyla sudah memiliki sorang kekasih, yang juga bersekolah ditempat ini.

Kyla yakin pasti tidak akan sulit untuk membuat laki-laki itu tertarik padanya, seperti yang lainnya. Kyla juga melihat Lintang tadi tersenyum sendiri setelah melihat ke arahnya (part sebelumnya.). Dan itulah yang membuatnya yakin jika Lintang sudah tertarik padanya hanya karna ia memamerkan senyum manis.

Kau terlalu percaya diri nona. Kira-kira kalimat itu yang akan Lintang ucapkan andaikan saja dia bisa membaca apa yang di pikirkan oleh perempuan itu.

“Gue nggak tau nama lo,” Sahut Lintang terdengar datar,  “Dan benar apa yang lo bilang tadi, lo nggak perlu ngenalin diri. Karna nggak penting buat gue tau siapa lo.” Lanjutnya ketus.

Lintang memang tidak tahu siapa nama perempuan di depannya itu. Saat dia memperkenalkan diri, Lintang tidak memedulikannya, hanya fokus pada buku yang ia baca. Bahkan ketika Lian dan Azka sudah mencecarnya, menyuruhnya melihat murid baru yang katanya sangat cantik.

Namun bagi Lintang di sekolah ini hanya satu yang paling cantik, siapa lagi kalau bukan, A.... isi sendiri.

Senyum manis di wajah Kyla, seketika luntur saat mendengar perkataan Lintang. Tapi hanya beberapa saat saja, karna detik berikutnya dia kembali menarik sudut bibirnya membentuk senyum manis, bahkan lebih manis dari sebelumnya.

“Em, gitu ya? Tapi lo harusnya tau nama gue, soalnya kita kan sekelas,” Lintang tak menanggapi ucapan perempuan di depannya itu yang menurutnya sangat tidak penting.

“Nama gue Kylana.” Kyla pun menyebutkan namanya meskipun Lintang tak bertanya. Dia masih yakin jika laki-laki itu hanya malu saja padanya.

“Hemm,” Lintang menanggapinya dengan deheman saja.

“Emm, Lintang, gue boleh minta tolong, nggak?”

“Apa?” Tanya Lintang, sebelah alis terngkat.

“Lo mau nggak nemenin gue keliling sekolah? Gue kan murid baru di sekolah ini dan gue belum tau seluk beluk tentang sekolah ini. Jadi gue mau minta tolong, temenin gue keliling, ya?” Kyla menatap Lintang penuh harap.

“Harus gue?"

Kyla tersenyum lalu mengangguk.  Dia yakin pasti Lintang mau menemaninya berkeliling di sekolah ini, “Iya. Soalnya Gue belum kenal siapa-siapa di sekolah ini, “Lo pasti mau kan, nemenin gue?”

“Minta tolong sama yang lain.” Kata Lintang menolak. Ia malas berurusan dengan perempuan itu.

“Gue malu minta tolong sama yang lain, gimana kalau lo aja?” Kyla terus memaksa Lintang untuk menemaninya.

“Cari yang lain. Gue sibuk.”

“Gue maunya lo,”

Lintang menoleh menatap perempuan itu dengan tatapan dinginnya. Ia merasa sangat kesal karna perempuan itu terus memaksanya, padahal ia sudah beberapa kali menolak. “Lo punya telinga kan? Gue nggak mau nemenin lo! Gue sibuk!” kata Lintang dengan nada meninggi.

“Tapi, gue maunya sama,..."

“Nggak penting!” Potong Lintang cepat, “Dan nggak usah nyari cara buat deket sama gue. Asal lo tau, lo nggak semenarik itu untuk gue kenal.” Tambahnya dengan nada seuara terdengar sangat datar.

Setelahnya, Lintang pun membalikkan badan dan berjalan meninggalkan perempuan pemaksa itu. Mending ia ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar dari pada menemani perempuan itu berkeliling. Lintang yakin jika perempuan itu hanya mau mendekatinya saja.

AJENG (COMPLETED)Where stories live. Discover now