BAB 26

12K 872 6
                                    

“Ajeng, lo percaya nggak sama cinta pada pandangan pertama?” Tanya Zidan, mengabaikan balasan Ajeng tadi.

Cinta pada pandangan pertama?

Lintang juga pernah bertanya hal itu padanya. Dan jawabannya akan tetap sama, “Nggak.” Jawab Ajeng singkat.

“Kenapa?” Tanya Zidan sembari menoleh menatap wajah Ajeng dari samping. Tepatnya hanya rambut gadis itu yang ia tatap, karna wajahnya terhalang oleh rambut panjangnya itu.

“Jangan banyak tanya.” Sahut Ajeng sinis.

“Gue nggak banyak tanya. Gue cuma pengen tau kenapa lo nggak percaya cinta pada pandangan pertama?”

Ajeng mendengus, "Nggak semua pertanyaan lo harus gue jawab kan?"

“Gue penggenya lo jawab,”

“Nggak usah maksa gue. Ingat, lo itu bukan siapa-siapa gue yang harus gue jawab setiap lo bertanya.” Kata Ajeng dengan nada suara terdengar datar. Ia kesal dengan Zidan yang memaksa dirinya untuk menjawab.

“Lo beneran nggak mau jawab?” tanya Lintang lagi. Masih berharap gadis itu menjawabnya.

“Nggak.”

Zidan menghembuskan nafas kasar. Padahal dirinya hanya ingin mendengar jawaban gadis itu, tapi apa boleh buat, gadis itu enggan untuk menjawab pertanyaannya. 

“Ya sudah kalau lo nggak mau jawab.” Ucap Zidan setelah beberapa saat.

"Ya." Balas Ajeng singkat.

“Mau sampai kapan lo bersikap dingin sama gue? Nggak bisa ya lo nganggep gue teman? Atau, lo takut gue berbuat jahat? Tenang aja, gue nggak akan pernah ngejahatin lo.” Zidan bersuara lagi, setelah beberapa menit saling terdiam.

“Nggak.”  Jawab Ajeng cepat. Ajeng tidak ingin menjadikan laki-laki itu sebagai temannya. Ia tidak butuh teman banyak.

Dulu saat masih kecil, mungkin ia sangat mengharapkan memiliki banyak teman seperti orang lainnya. Tapi untuk sekarang, tidak lagi. Ia sudah terbiasa sendirian tanpa teman berwujud manusia di dekatnya. Semua ia lakukan sendiri tanpa bantuan dari siapa pun. Jadi, untuk apa ia memiliki banyak teman?

Satu lagi, tidak semua orang yang terlihat baik di depannya, aslinya juga baik. Ingat, ia bisa membaca pikiran orang. Yang ia tahu pikiran orang selalu berubah-ubah. Termasuk laki-laki di sampingnya ini.

Untuk detik sebelumnya, laki-laki itu memang tidak berniat untuk berbuat jahat padanya. Tetapi berubah lagi di detik selanjutnya. Ajeng juga sangat tahu jika laki-laki itu menyimpan banyak rahasia.

Percayalah, hanya sedikit manusia dari ratusan ribu manusia yang konsisten dengan jawaban sebelum nya. Paham, kan?

“Kenapa? Padahal gue cuma mau berteman, nggak lebih.”

“Gue yang nggak mau berteman sama lo." Jawab Ajeng jujur.

“Kenapa?”

“Gue lagi nggak butuh teman.” Jawab Ajeng. “Apa lagi teman yang bermuka dua.” Tambahnya dalam hati.

Zidan mendesah pelan, “Atau lo takut gue jahatin? Gue janji, gue nggak akan pernah ngejahatin lo.” Katanya berusaha meyakinkan Ajeng.

AJENG (COMPLETED)Where stories live. Discover now