BAB 27

11K 799 11
                                    

Ajeng berjalan masuk ke dalam kelasnya yang sudah ramai, dengan langkah pelan. Pandangan Ajeng terarah ke bangkunya. Dara sudah ada di sana. Seperti biasa, perempuan itu tersenyum dan melambaikan tangan saat melihatnya, yang hanya ia balas tatapan datar saja.

Menyempatkan diri untuk beralih melirik Karina yang duduk dibangkunya bersama Laura. Menarik sudut bibirnya membentuk senyum tipis saat Karina menoleh ke arahnya. Perempuan itu terlihat menegang, lalu buru-buru membuang pandangannya ke arah lain, seperti enggan untuk bertatapan dengannya.

Ajeng hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Karina yang seperti takut padanya.

“Kok dia takut ngeliat gue? Padahal kan gue baik.” Batin Ajeng. "Kecewat berat gue di cuekin."

“Ajeng, lo Lama banget di taman, pasahal gue dah nungguin lo dari tadi,” kata Dara, setelah Ajeng duduk di kursinya, “Lo habis pacaran, ya?” Tanya Dara lagi, dengan mata memicing.

“Ngaco!” Balas Ajeng sembari memutar bola matanya malas.

“Terus, lo ngapain aja di taman?”

“Kepo!”

Dara bedecak mendengar Ajeng mengatainya kepo. Tapi emang iya sih, dirinya memang kepo. “Ajeng, Lo tau nggak artinya kepo?”

Menoleh menatap Dara, lalu Ajeng menjawab, “Pengen tau semua urusan orang.”

“Salah,”

“Benarnya?”

“Kere poll.” Jawab Dara lalu menyegir, membuat Ajeng terkekeh pelan.

Keduanya lalu sama-sama terdiam, hingga Dara mengingat jika tadi ia sempat membelikan makanan dan minuman untuk Ajeng di kantin sebelum kembali ke kelas. Dara mengambil minuman dan juga berbagai macam roti di dalam laci-nya, dan meletakkannya di atas meja Ajeng.

“Buat lo. Makan, jangan di liatin aja.” Dara yakin jika temannya itu pasti belum makan apa pun. Makanya ia berinisiatif untuk membelikan Ajeng makanan, agar tidak kelaparan.

“Banyak banget,” Gumam Ajeng sembari menatap berbagai macam roti dan minuman di atas mejanya.

“Gue kan kaya, Jeng. Jadi belinya harus banyak.” Sahut Dara mulai menyombongkan diri.

Ajeng mencibir, “Sombong!” ia mengambil satu bungkus roti rasa coklat, membuka plastiknya dan langsung menyantapnya.

“Nggak ada gue sombong, gue ini baik.” Ucap Dara dan hanya di balas deheman oleh Ajeng, karna sibuk menikmati roti-nya. Dara senang melihat Ajeng memakan roti pemberiannya. Dara mengernyitkan dahinya saat baru menyadari jika ada perban di dahi temannya itu.

“Ajeng,”

Ajeng menoleh menatap Dara, “kenapa?” Tanyanya sembari menyimpan botol minuman yang sudah kosong ke atas meja.

“Dahi lo kenapa?” Tanya Dara penasaran.

Ajeng menyentuh perban di dahinya, “Luka.” Jawabnya.

“Lo habis jatuh?”

“Kebentur di tembok.” Jawabnya berbohong. Tidak semua yang ia alami harus diberitahukan pada perempuan itu, kan?

“Hah? Kok bisa?” Dara terlihat kaget.

"MANA YANG NAMANYA AJENG?"

Ajeng yang baru saja ingin menjawab pertanyaan Dara, menutup mulutnya kembali saat mendengar suara seseorang menyebut namanya. Kelas yang tadinya ramai pun berubah menjadi hening seketika. Semua penghuninya sama-sama menoleh menatap ke arah pintu masuk, termasuk Ajeng.

AJENG (COMPLETED)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ