Bagaimana jadinya, seorang pengusaha muda yang begitu rajin dan ambis dipersatukan dengan cewek mageran tapi mempunyai banyak impian seperti Shena Sandara?
Keduanya terpaksa harus membangun rumah tangga tanpa pondasi cinta demi memenuhi keegoisan o...
Ingin rasanya Shena menampar mulutnya sendiri karena sudah salah bicara. Kini, perempuan yang wajahnya sudah ditutup oleh sheet mask itu terbangun lagi, walau sedikit kesusahan.
Ia hanya perlu diam lalu melanjutkan niatnya untuk memasang masker di wajah tampan titisan dewa Apollo tersebut. Ah, bukan. Shena lebih suka menyebut Calvin sebagai boneka santet atau tiang listrik seperti biasanya.
"Sudah."
"Gini doang?" tanya Calvin yang belum sepenuhnya terbaring. Ia bersandar pada tumpukan bantal di belakang punggungnya.
"Nanti tunggu dua puluh menit habis itu dibilas," ucap Shena merapikan masker yang terlipat di bagian pipi kiri suaminya. Padahal lelaki itu lebih rajin menggunakan skin care daripada dirinya sendiri.
"Pake apa bilasnya?" tanya Calvin lagi sambil bersedekap. Kaki mereka saling berselonjor menikmati halusnya kasur tersebut.
"Debu." Melihat Calvin yang sontak tertawa sembari menepuk-nepuk guling di sampingnya, Shena menjadi tertular oleh tawa itu.
Hingga sepuluh menit berjalan sembari menunggu masker keduanya kering. Mereka berniat menonton tayangan televisi, tetapi sangat tidak menarik. Justru Calvin dan Shena memilih untuk saling melempar ejekan, saling memberi tantangan untuk hal-hal sepele. Sampai mereka lelah dengan sendirinya.
Dan berakhir tertidur pulas. Dengan tangan mereka yang saling memeluk satu sama lain sambil berbagi selimut, lalu tidak lupa masker yang masih menempel di wajah pasutri penuh cobaan itu.
Cobaan perasaan yang sampai saat ini susah untuk diutarakan.
💕💕💕
Acara ke pemakaman sedikit lebih telat karena Calvin harus mengecek para unggas miliknya. Puyuh yang direncanakan akan panen hari ini, rupanya sebagian ada yang mati. Mengingat permintaan raw food tersebut semakin banyak dari para pawrent. Calvin tak bisa santai-santai saja menanggapinya.
Karena kepuasan konsumen adalah prioritas baginya. Jika teringat pabrik bagian puyuh giling, tentu saja ingatannya langsung tertuju pada mendiang Satya. Karena dengan dia lah Calvin meracik makanan kucing tersebut.
Sekarang posisi dokter hewan di kliniknya masih kosong sementara. Padahal banyak yang sudah berlangganan di sana. Dan sebisa mungkin Calvin ingin segera mencari dokter baru yang bersedia bekerja di tempatnya.
Shena Masih lama?
Calvin Masih kayaknya
Shena Berapa menit lagi?
Calvin 10 jam lah
Shena Ya udah sekalian nggak usah berangkat!
Calvin Coba buka pintu depan
Shena Buka aja sendiri
Calvin Astaga. Salah terus jadi cowok. Bercanda doang padahal
Shena Bercandamu nggak lucu!
Calvin Aku udah buka pintu. Coba lihat kesini
Shena Ma to the les. Males!
Calvin Liat bentar deh
Shena Mengirim sebuah foto
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.