-22

11 2 0
                                    

Happy Reading~~
2.000 kata

***

Keadaan di dalam kini sudah di tangani dengan baik. Dokter juga sudah keluar menemui mereka yang menunggu di luar.

"Permisi, kalian keluar dari pasien Langit dan Arlana?" dokter itu bertanya. "Iya, saya adiknya Langit."

"Saya kakaknya Arlana,"

"Baik, jadi begini keadaan mereka berdua masih lemah. Namun Langit lebih parah. Ada beberapa gangguan pada tubuhnya yaitu gangguan irama jantung, luka bakar di bagian tangan dan badan, dan gangguan pernapasan. Untungnya itu belum mempengaruhi sarafnya." jelasnya mengenai kondisi Langit.

"Kalau Arlana, dia hanya pingsan karena kekurangan darah yang terus keluar akibat tembakan. Mereka harus di rawat untuk lebih lanjut terutama Langit. Tetapi Arlana hanya membutuhkan waktu paling lama seminggu untuk pemilihan nya karena tubuhnya yang cukup kuat." lanjutnya.

Mereka hanya mendengarkan kondisi yang di jelaskan oleh dokter yang menangani mereka.

"Kalau boleh tau, untuk pemulihan Langit kira-kira berapa lama?" tanya Zahira. "Kalau untuk itu, kami belum bisa pastikan." dokter itu menjawab dan langsung meninggalkan mereka.

"Silahkan ke bagian resepsionis ya untuk mengurus biaya dan lainnya." ucap suster yang berada di belakang doket tadi.

"Baik, terimaksih." ujar Arkasa. Mereka menghala nafas panjang mendengar itu. "Pengen masuk, mau liat," Zahira sesekali mengintip dari pintu.

"Jangan, mereka pasti belum boleh di kunjungin." larang Reval yang posisinya dekat dengan pintu.

Beberapa terbangun karena salah satu handphone mereka berdering. Krystia mencari handphone nya dengan kondisi baru setengah sadar. Dia menepi dikit untuk mengangkat telfon itu.

Yang tadinya mereka tertidur, kini sudah terbangun semua. "Gimana? Dokter nya udah keluar?" tanya Vanessa.

"Udah." Arkasa menjawabnya singkat. "Terus gimana? Parah banget ya?" Stela menanyakan lagi dan di balas anggukan dari ke empat orang itu.

"Mereka harus di rawat, tapi Arlan ga separah Langit," jelas Reval. "Bangsat dah tuh orang." sambar Kaizen. Tanpa bicara lagi, Reval langsung jalan ke arah resepsionis untuk mengurus keperluan mereka.

"Mau kemana bang?" tanya Najila. "Resepsionis." Reval menjawab tanpa melihat arah mereka.

Krystia kini sudah kembali ke mereka. Ia memperhatikan sekeliling seperti ada yang kurang. "Lu pada ada yang liat ka Dimas ga?" tanya Krystia.

"Lah iya abang gua juga gaada," sambar Nada. "Tadi bilangnya ke toilet tapi belum balik tunggu aja. Gua mau nyusul Reval dulu." Arkasa memberi tau mereka dan segera menyusul Reval. Galih juga membuntutinya dari belakang.

"Saran gua lu pada mending pulang takut ortu lu pada khawatir." Kaizen mengatakan itu di tatap aneh oleh mereka.

"Lu ngeledek?" Najila menatap sinis ke arah Kaizen. Stela, Anya dan Vanes juga menatap Kaizen seperti ingin memakannya.

"E-eh sorry, maksudnya ini kan rumah sakit mending jangan di sini semua. Kumpul di rumah siapa gitu, nanti kita kasih tau kondisi disini." Kaizen masih mencoba serius.

"Setuju. Besok lu pada juga bisa kesini buat jenguk," sambar Satria. "Lagian sisah satu hari sekolah sebelum sabtu minggu." lanjutnya.

"Yaudah kita pulang," Vanessa bangun dari duduknya dan mengambil beberapa barangnya. Yang lain juga sama. Mereka bersiap untuk keluar.

ENOUMENTWhere stories live. Discover now