-19

3 1 0
                                    

Happy Reading~~
2.000 kata

***

Vanessa dan Anya sampai di tempat yang dikirim orang asing. Dan, mereka berdua memang bertemu dengan Arkasa juga yang lain. Tapi, tak terlihat Langit disana.

Galih menyadari kedatangan mereka berdua. Ia memberi tau kedatangan Vanessa dan Anya yang berlari menghampiri mereka.

"Ko lu berdua bisa disini?" Arkasa penasaran. "Ada yang kirim gua pesan ini. Anya juga dapet," Vanessa menyodorkan handphone nya memperlihatkan satu room chat.

(+62)859********

📍location
Kesana sekarang kalau temen lo mau selamat.

Mereka yang membaca pesan itu membuang nafas kasar. "Kita dapet pesan itu pas ngejar Langit." jelas Reval.

"Semoga cuma lu berdua yang dapet pesannya." Arkasa berdoa. "Salah." Vanessa membantah. "Gua ga mungkin ngikutin yang di kasih nomor ga di kenal kalau Zahira yang tadi cuma buang sampah mendadak ilang." lanjut Vanes menjelaskan.

Mereka terkejut mendengarnya tak terkecuali Dimas. "Kelewatan!" geramnya. "Bangsat tuh bocah berdua ga kasih tau gua soal beginian." lanjutnya menahan emosi.

"Bocah berdua siapa?" Reval penasaran. Saat Dimas hendak menjawab ia berhenti saat Langit yang berasal dari dalam gedung itu tetiba menghampiri mereka.

"Ko? Lu disini nya? Terus yg di sekap siapa?" Langit datang dengan nafas yang tak karuan. Sesampainya tadi disana Ia berlari seperti orang gila yang tak punya tujuan untuk mencari Anya di sekap dimana.

"Bukan gua yang di sekap, tapi Zahira," jelas Anya. "Lu tau dari mana kalau Anya yg di sekap?"

"Pas di telfon tadi." jawab Langit cepat. "Atur nafas lo!" Reval menepuk punggung belakang Langit.

"Gua masih penasaran yang lu maksud dia bocah itu siapa?" mata Arkasa penuh pertanyaan melihat Dimas. "Lo liat aja nanti." dengan nada dingin Dimas membalas.

Vanessa merasa ada yang aneh dan teringat pesan Nada tadi sebelum iya jalan kesini. "Kalian dikirim pesan nya sekitar jam berapa?" Vanessa memastikan.

"Sekitar jam enam lewat. Kenapa?" Bata mengecek dan ternyata semuanya sama. "Kita juga jam segitu loh nes," Anya yg mulai cemas.

"Ada apa lagi?!"

"Stela sama Najila juga harusnya juga ada disini tapi nyatanya ga ada." terlihat raut wajah Vanes panik, ia menggigit ujung kukunya.

"Coba positif thinking aja dulu, siapa tau emang dia ga dikirim pesan itu. Dan seharusnya emang jangan." Reval coba menenangkan keadaan.

"Ngga! Mereka tuh seharusnya ngehubungin kita semua." kekeh Vanes. "Baner! Sebelum kesini kita ketemu Nada. Dia peringatin kita buat cari kalian. Kalau ada yg kurang kita harus hubungin satu nomor yang ada di hp itu." sambar Anya menjelaskan.

Tak lama seseorang menghampiri mereka dengan berlari kecil. "Kalian disini juga?" tanya Najila. "Berarti kalian dapet pesan itu juga dong?" lanjutnya.

Anya menghela nafas sama seperti Galih. "Untung lu dateng jil. Gua udah takut banget lu di bawa juga sama mereka." Galih yang langsung menghampiri Najila.

ENOUMENTWhere stories live. Discover now