-21

4 1 0
                                    

Happy Reading~~
2.000 kata

***

AKKKKK

"MATIIN ANJING! SIALAN LO!" Langit tak kuat terkena sengatan itu. Mereka benar-benar puas melihat Langit tersiksa.

"Oke-oke," Damar menekan tombol berhenti. Ia memerhatikan Arlana yang mengitari dua wanita itu.

"Bang, udahlah ya relain nih cewe lu berdua buat gua jual. Mayan anjay udah mulus, masih segel lagi." ledek Arlan tersenyum tipis menghampiri Langit.

"Sialan lo! Gua ga main-main ya lan! Sampe lu berani nyentuh aja, abis lo!" geram Langit.

'Sedeng anying Arlan, bocah pengen banget gua gedik rasanya,' batin Gelana.

Arlan mendengar itu tertawa terbahak bahak. Begitu juga Damar, "lu udah ga bisa gerak bang. Bentar lagi mo mati, bisa-bisa nya lu masih ngancem gua begitu," ucapnya.

"Tenang, gua disini cuma mau main aja kali," ucapnya mengkedipkan sebelah matanya ke arah Langit. Berniat memberi kode. Tapi entah dia paham atau tidak.

"Ayo El. Gua udah ga sabar buat bunuh dia." ajak Damar menyuruh El mendekat kepadanya.

Arlana mendengus pelan. Ia sedikit gugup. Sekali lagi dia mengambil nafas panjang tersenyum ke arah Damar.

"Lo ga sabar liat gua jadi pengkhianat ya?!" Arlana tersenyum semirik ke arah Damar. Ekspresi Arlana membuat Damar bingung.

"El yang lu tau emang pengkhianat," Arlan masih tersenyum ke arah Damar. Sampai akhirnya, "tapi lu yakin gua berkhianat ke mereka?!" senyum Arlan meredup. Ia memasang wajah serius sambil mengeluarkan pistol dari sakunya.

"El?!" Damar memanggil cewe di depannya itu. Posisi Arlana menutupi tubuh Langit. Dan tentu saja membuat posisinya sejajar dengan Damar.

"Jangan buat gua juga bunuh lu El!" dengan nada tegasnya Damar. Damar sudah mengambil pistolnya juga dari kantungnya.

"Bunuh aja, gua ga takut." Arlan menantang orang di hadapannya itu. Ia juga berjalan pelan agar lebih dekat dengan Damar.

"BERENTI ATAU GUA TEMBAK LO!" Damar memperingati lagi, tapi benar-benar tak di gubris oleh Arlan.

"LAN JANGAN NGACO LU ANJING!" teriak Dimas yang khawatir akan Arlan. Yang lainnya pun sama mereka takut melihat Arlan menantang Damar.

"LAN ITU PISTOL BENERAN ANJING! GAUSAH MACEM-MACEM!" teriak Zahira yang berhasil membuka lakban yang ada di mulut nya.

Arlana kini sudah tepat di hadapan Damar. Sebelumnya ia juga sudah menaruh pistol yg tadi ia keluarkan di belakang punggungnya.

Arlana menarik tangan Damar yang masih memegang pistol. Ia mengarahkan telat di kepalanya. "Just do it." Arlana menatap tajam Damar yang kini tak terlalu jauh.

Damar menatapnya dengan perasaan tak tenang. Ia menembakan pistolnya.

"ARLANA!!!!" teriak mereka disana. Dua orang yang berada agak jauh dari sana juga melebarkan matanya karena khawatir dengan bagian ini.

ENOUMENTWhere stories live. Discover now