"Be mine or die?"
Mendapatkan jalang yang masih perawan merupakan keberuntungan bagi seorang pria bernama Zack Calvino Alaric. Setiap inci tubuhnya membuat Zack ingin merasakan lagi dan lagi.
•••°✧°•••
⚠️ DEWASA!! BOCIL MINGGAT!!
⚠️ Gak suka? Gak u...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ZACKmeremas ponselnya ketika mendapatkan kabar bahwa orang itu datang ke Indonesia untuk membalaskan dendam. Zack sempat tak percaya, karena dirinya sudah membunuh orang itu di Florida, mengapa ia masih hidup? Itu hal yang mustahil. Namun, bisa saja Zack salah orang?
Sebagai seorang ayah, yang Zack khawatirkan adalah keselamatan putranya. Zack segera keluar dari ruang kerjanya menuju ke mobil di mana Jarvis berada.
"Jarvis! Hubungkan alat pelacak Zer-"
"Tuan Zero tak memakai jamnya, Tuan."
"Di saat seperti ini?!"
Zack mengerang kesal, namun sebuah pesan membuat perasaannya tak karuan. Dengan cepat Zack melihat pesan itu, namun yang Zack dapatkan hanya sebuah lokasi Xena terkini.
Xena : Aku bersama Zero. Kami butuh bantuan.
30 menit sebelum kejadian itu terjadi, di tempat Xena.
Semua murid memperhatikan Xena di depan kelas. Wanita itu mengumumkan bahwa ia tak akan mengajar lagi di kelas ini karena sebuah alasan. Xena yang memang mengajarnya tak lama, belum ada kesan pada murid, sehingga mereka tak peduli Xena akan mengundurkan diri. Kecuali, Zero.
"Ibu tahu ini pertemuan yang sangat singkat. Tapi kalian harus rajin belajar siapapun gurunya nanti. Terima kasih atas kerja samanya, ibu pamit...."
Hati Zero tercabik mendengar Xena akan pergi. Rasa bersalah mulai bermunculan di hatinya. Apa Xena pergi karena tak mau mengajarnya? Zero terdiam memikirkan itu. Ternyata Xena tak mau ada dirinya di hidup Xena. Tapi Zero tak bisa membiarkan Xena pergi begitu saja. Dirinya, masih berharap.
Xena tahu ini keputusan yang sulit. Tapi demi kebaikannya juga kebaikan Zack dan Zero, Xena melakukannya. Xena sudah meminta maaf pada Farasha juga kepala sekolah di sini karena mengundurkan diri secara mendadak. Padahal Xena tahu mencari kerja itu sulit, tapi dirinya malah menyia-nyiakan kesempatan ini. Jika bukan karena terpaksa, Xena akan tetap mengajar.
Saat melewati bangku Zero, anak itu tak mau menatap Xena, dan memilih menunduk. Membiarkan Xena pergi dengan hati terluka. Xena menelan salivanya karena ini adalah pertemuan terakhir dengan Zero. Dan sebelum pergi, Xena ingin meminta maaf kepadanya. Namun, dirinya tak sanggup bicara. Xena merasa malu, dan tak punya muka. Zero tak akan memaafkannya semudah itu, apa lagi Xena sudah berkata kasar padanya.
Dengan berat hati, Xena keluar dari kelas menuju ke gerbang sekolah. Sungguh, Xena tak bisa pergi meninggalkan Zero. Tapi, dirinya pun tak bisa membantah keputusan mamanya.
