"Be mine or die?"
Mendapatkan jalang yang masih perawan merupakan keberuntungan bagi seorang pria bernama Zack Calvino Alaric. Setiap inci tubuhnya membuat Zack ingin merasakan lagi dan lagi.
•••°✧°•••
⚠️ DEWASA!! BOCIL MINGGAT!!
⚠️ Gak suka? Gak u...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEBANYAK 15 orang wanita hilang dalam satu bulan ini. Para polisi belum bisa mengungkap siapa pelaku dalam penculikan tersebut. Kasus ini masih dalam penyelidikan. Dan misi Zack kali ini adalah membunuh pelaku penculikan tersebut.
Zack baru saja tiba di Miami, dengan mobil mewah miliknya. Ia memasuki sebuah club malam tempat para manusia menuntaskan nafsu mereka. Zack datang bukan karena ingin bersenang-senang, akan tetapi ia sedang menjalankan tugasnya. Club merupakan tempat segudang wanita sexy di dalamnya. Akan sangat mudah memancing penculik itu datang kemari. Mengapa begitu? Karena si penculik hanya menculik wanita yang berdada besar. Dari data tersebut, dapat Zack simpulkan jika si penculik maniak payudara.
Di dalam club begitu ramai dengan orang-orang yang berpesta. Beberapa kali Zack digoda oleh jalang-jalang yang ada di sana. Tapi Zack kehilangan gairah, mereka tak bisa membuat Zack terangsang meskipun mereka menghampiri Zack tanpa pakaian.
Zack mengusir mereka dari tempatnya. Ia melirik arloji, yang sudah menunjukkan pukul 1 pagi, dan belum ada tanda-tanda yang pasti penculik itu akan datang, padahal, wanita-wanita di sini berdada besar. Zack heran mengapa mereka santai-santai saja memamerkan tubuhnya, padahal sudah ada kasus penculikan yang terjadi. Apa mereka tidak takut menjadi korban selanjutnya?
Huek.
Zack berdiri saat seorang gadis muntah tepat di depannya. Gadis itu terlihat sedang mabuk. Zack berniat untuk membantu, tapi gadis itu sudah berdiri sendiri, merapikan pakaiannya, dan menyelipkan anak rambut ke telinga.
"Maafkan saya tuan," ucapnya.
"Tidak masalah,"
Gadis itu menatap Zack dengan wajah sumringah, ia pikir Zack akan memarahinya dan memaksanya untuk membersihkan muntahan tersebut. Tapi ia salah, Zack ternyata begitu baik meskipun wajahnya tampak seram.
"Namaku, Stella."
"Lebih baik kau pulang," suruh Zack.
"Ternyata kau perhatian. Aku bisa menemanimu di sini,"
"Tidak perlu,"
Zack pergi membelah kerumunan, meninggalkan Stella yang kini terdiam menatap punggung Zack yang sudah hilang di balik kerumunan itu. Zack benar, ia harus segera pulang. Gara-gara permainan konyol teman-temannya, ia harus meminum cairan yang pahit itu.
