42. "Shock"

705 48 1
                                    

Setelah mengabarkan Ria, Ica segera menyiapkan barang-barangnya dan kebetulan saudara Ria yang ingin ke Saudi Arabia dan dengan senang hati mereka membantu keberangkatan Ica membuat Ica bersyukur karena masih ada disekelilingnya orang baik. Mengingat ucapan Arkan yang menyebut dirinya 'Jalang' membuat Ica tersenyum simpul apakah semurah itu kah ia dimata suaminya? Ah tidak bukan suami lebih tepatnya akan segera menjadi mantan suami, tak mau terlalu berlarut lama dalam kesedihan yang membuat dirinya semakin sesak Ica memutuskan untuk segera tidur karena dirinya sangat lelah, lelah dalam pikiran, hati, badan semua menyatu menjadi satu.

Saat tengah malam dalam terlelap tidur ponsel Ica sedaritadi berbunyi terus yang tadinya ia abaikan lantas kini rasa penasarannya memuncak dan ia memutuskan untuk melihat siapa yang menelpon dirinya tengah malam ini, dan ketika ia membuka betapa terkejutnya ada 200 panggilan tak terjawab dari Arkan, Ali, dan Ria. Astaga apakah senyenyak itukah Ica tidur hingga ia tidak mendengar panggilan tapi memang dirinya sangat lelah hingga tidak terusik sama sekali oleh panggilan dari ponselnya.

Mas Arkan missed call 150×.

Mengapa Arkan menghubunginya kembali? Bukannya ia sudah bahagia dengan pilihannya lantas mengapa ia menelpon dirinya? Berbagai pertanyaan dalam benak Ica namun ia abaikan dan sudah tidak mau peduli lagi dan mulai sekarang ia akan mengganti nomornya hingga tidak ada yang bisa menghubungi atau mencari dirinya ia hanya ingin mencari ketenangan.

Larut dalam segala perang pikirannya membuat dirinya sangat lapar tapi sialnya ia lupa membeli makanan sebelum ke Hotel ini, apa tengah malam masih ada yang menyediakan makanan? Ica rasa tidak, lebih baik ia keluar sebentar daripada anak dalam kandungannya kelaparan. Ica meraih hijab dan cardigannya lalu bergegas keluar mencari makanan yang masih buka.

Setelah sampai di Lobby Hotel Ica melihat di sebrang sana ada orang jualan nasi goreng dan Ica sangat senang sekali ternyata jaraknya tidaklah jauh dari Hotel ini.

"Bang nasi gorengnya dibungkus satu ya double ayam sama jangan terlalu pedas," ujar Ica memesan nasi goreng tersebut.

"Siap neng," balas Orang yang berjualan nasi goreng tersebut.

👀👀👀

"Kamu kemana Ca? Kenapa kamu nggak ada dirumah? Apa kamu benar-benar ingin pergi dari aku? Kalau iya aku nggak akan pernah maafin diri aku sendiri yang udah nyakitin kamu bahkan aku sampai menyebut diri kamu-- Ya Tuhan kemana istri aku? Aku nggak mau dia pergi dari aku Tuhan, jangan hukum aku seperti ini,"

Penyesalan lagi, lagi, dan lagi menyelimuti Arkan entah berapa kali Arkan menyakiti, menggores, menebarkan luka di hati Ica. Sebenarnya apa kesalahan yang telah Ica perbuat pada dirinya sehingga Arkan selalu dan selalu menyakiti bahkan selama ini ia tidak tulus, apa maksud Arkan dibalik ini semua. Apa mungkin Arkan masih sangat mencintai Jennie yang notabennya mantan kekasih? Apa mungkin Arkan masih menaruh rasa dendam pada Istrinya sendiri? Kenapa Arkan tega sekali selalu menyakiti hati bak malaikat seperti Istrinya tersebut. Memang Arkan tipikal orang yang sangat gegabah dalam melakukan tindakan, ucapan yang dilontarkan begitu saja tanpa memikirkan perasaan orang tersebut.

Saat tengah menatap langit malam di balkon rumahnya Ponsel Arkan berbunyi, Arkan segera mengambil ponselnya yang diletakkan dalam saku celananya.

"Siapa ni tengah malam nelpon orang," ujar batin Arkan kesal, pasalnya yang menelpon Arkan tidak ada namanya membuat Arkan malas mengangkat telponnya tersebut.

Saat ingin mematikan Ponselnya Arkan menatap Walpaper Ponselnya yang merupakan foto Arkan dan Ica tengah tersenyum bahagia dengan pemandangan Kota London di malam hari saat mereka tengah Honeymoon.

"Maaf," lirih Arkan dengan mengusap wajah Ica yang ada di Walpaper Ponselnya tersebut.

"Kamu dimana? Aku rindu, aa-a-aku menyesal aku sangat bodoh udah berucap kata yang seharusnya nggak aku ucap dan itu berbanding balik dengan isi hati aku, bohong kalau aku nggak cinta sama kamu nyatanya aku sangat mencintai kamu, bohong kalau aku nggak tulus sama kamu nyatanya aku benar-benar sangat tulus mencintai kamu, bohong kalau aku masih mencintai Jennie nyatanya aku sangat membenci dia. Maaf aku sudah tersulut emosi sampai aku nggak mikirin perasaan dan apa yang akan terjadi kedepannya dan ya sekarang kamu dan anak aku udah pergi dari kehidupan aku, aku sendiri lagi disini a-aku-- kangen," ujar Arkan penuh kepedihan dan menyakitkan disertai dengan air mata yang terus mengalir deras.

I Will Go Out Of Your LifeWhere stories live. Discover now