18. "Lumpuh?"

2.6K 84 1
                                    

Hari ini Ica sudah diperbolehkan untuk menjenguk Arkan, suaminya. Walaupun harus memakai kursi roda karena kondisi Ica yang masih belum stabil, dengan muka yang sangat pucat tidaklah mengurangi kecantikan seorang Aneisha Clarabell Davinia. Selama menuju ke ruangan Arkan hati Ica merasa gundah dan cemas takut jika keadaan Arkan sangat parah dan Arkan tidak ingin dijenguk oleh Ica, sebenarnya Ica ingin memulai dari awal dengan Arkan juga tapi Ica takut jika akan seperti dulu lagi.

Pernikahan yang baru berjalan satu bulan kenapa banyak sekali cobaan dalam Rumah Tangga Ica dan Arkan?. Ya walaupun yang sudah menikah dan berumah tangga akan mengalami lika-liku dengan penuh krikil masalah tapi kenapa Ica sangat cepat sekali menerima cobaan itu dan berat sekali? Entahlah Ica percaya rencana Tuhan tidak akan salah dan pasti ada jalan yang terbaiknya, seperti halnya dengan pelangi yang menampakkan dirinya setelah badai dan hujan datang.

Dalam rumah tangga ini apakah akan berakhir dengan indah? Entah siapa nantinya yang akan dipanggil oleh Tuhan tapi Ica berharap hubungan Ica dan Arkan harmonis tidak seperti berada didalam neraka lagi.

Ica masuk ke ruangan Arkan dengan tertatih mendorong kursi roda sendiri, Ica mau ia ingin berdua didalam bersama Arkan. Ica melihat Arkan yang terbaring lemah dengan alat yang menusuk disekujur tubuh Arkan dan selang yang amat sangat banyak serta perban di kepalanya. Ica meringis dan sedih, bagaimana tidak pasti Arkan sangat merasakan sakit karena benturan yang sangat keras serta mobilnya yang terguling-guling.

"Mas?" panggil Ica.

Tak ada jawaban, suara detak electrocardiogram atau alat pendeteksi jantunglah yang memenuhi ruangan ini.

"Mas kenapa bisa kayak gini? Ada apa dengan kamu Mas?" tanya Ica walaupun ia tau Arkan tidak mendengarnya tapi Ica berharap dengan cara Ica mengajak Arkan berbicara membuat Arkan sadar.

"Aku mau cerita sama kamu Mas, Alhamdulillah kondisi aku sudah mulai membaik tapi aku sedih karena ternyata ginjal ini sudah memasuki stadium terakhir itu artinya kemungkinan besar aku akan cepat meninggalkan dunia ini. Jika aku sudah tiada apa kamu akan menangisi aku Mas? Apa kamu bakal rindu dengan aku Mas? Pastinya nggak kan? Aku ini hanyalah perusak hidup kamu ajakan? Kamu tenang aja sebentar lagi orang yang telah merusak hidup kamu akan pergi cepat atau lambat pasti terjadi, Aku minta sama kamu cari pengganti aku yang lebih baik dari aku dan lebih tinggi derajatnya daripada aku ya Mas," selama Ica berbicara air matanya lagi-lagi mengalir deras sambil meraungi nasib hidupnya.

Sesak rasanya mengingat perlakuan Arkan yang sangat kasar dan selalu tersakiti. Kali ini Ica sudah lemah tidak bisa lagi berpura-pura kuat didepan semua orang.

"Padahal aku nggak minta macam-macam sama kamu Mas, yang aku minta cuman satu yaitu kasih sayang kamu seperti suami lainnya tapi itu tidak berlaku bagi kamu Mas. Tapi tidak apa kok Mas, aku masih ada Bapak cinta pertama aku yang selalu menyayangi aku walaupun aku ingin kamu seperti bapak tapi sepertinya tidak mungkin. Kamu harus sadar Mas kasihan semua orang menghawatirkan kondisi kamu terutama aku hiks hiks hiks" Ica menelengkupkan kepalanya di lengan Arkan sambil terisak-isak.

Tanpa Ica sadari sebenarnya Arkan sudah sadar ketika Ica berbicara tadi tapi Arkan enggan membuka matanya, Arkan mendengar semua ungkapan yang keluar dari bibir Ica seolah mengeluarkan uneg-uneg yang telah ia pendam selama ini.

Tak terasa Arkan menangis dengan diam saat mendengar Ica berbicara dengan penuh kesakitan, Arkan melirik ke samping yang memperlihatkan Ica sedang menangis di lengannya. Arkan ingin mengusap kepala Ica tapi kenapa sulit sekali rasanya saat Arkan ingin melakukannya?.

"Kepala aku pusing banget ya Tuhan," desis Ica sambil memegangi kepalanya dan membuat Arkan terkejut, Ica tak tau kalau Arkan sedang menatapnya dengan cemas.

Tes...

Darah dari hidung Ica keluar yang makin lama semakin banyak, Arkan tak tau harus berbuat apa karena kondisinya yang seperti ini. Tapi Arkan tidak peduli ia segera melepas selang pernapasan beserta infus untuk menolong Ica yang sudah lemas sekali.

"Ca, ini Aku Arkan. Kamu tahan ya aku mau panggilin dokter dulu," ujar Arkan dan langsung bergegas keluar untuk memanggil dokter, saat ingin beranjak Arkan merasakan kedua kakinya keram dan tidak bisa di gerakkan sama sekali.

"Kenapa kaki gue nggak bisa gerak? Gue kenapa?" batin Arkan bingung.

"Mas Arkan kamu sadar?" tanya Ica pelan yang hampir berbisik.

"Kaki aku nggak bisa digerakkin Ca, aku lumpuh Ca aku lumpuh," histeris Arkan.

"Darah kamu semakin banyak tapi aku nggak bisa lakuin apa-apa untuk kamu, aku emang suami nggak becus. DOKTERRRRR DOKTERRR TOLONG ISTRI SAYA DOK, ARGHHHHHHHHHHH!!! DOKTERRRRRRRR TOLONGG DOK!" Arkan semakin histeris dengan keadaan yang darurat tapi Arkan tidak bisa melakukan apa-apa.

👀👀👀

Monica mendengar suara Arkan yang menjerit histeris meminta pertolongan, ia langsung menuju keruangan Arkan takut terjadi apa-apa pada Arkan. Sesampainya diruangan Arkan, Monica melihat baju Ica yang sudah penuh darah dari hidungnya serta Arkan yang tergeletak di lantai.

"Ya Tuhan ada apa ini? Ica kamu kenapa sayang? Arkan kamu kenapa?" Monica sangat panik melihat kondisi anak dan menantunya itu.

"Ma, tolong panggilin dokter Ma. Ica,-- Ica kambuh lagi kepala dia pusing Ma, Arkan nggak bisa berbuat apa-apa Ma kaki Arkan nggak bisa digerakkin tolongin Ica Ma," ujar Arkan yang telah mengeluarkan air matanya sangat deras.

Monica iba melihat Arkan seperti ini ditambah menantunya yang tengah berusaha agar darah di hidungnya tidak keluar lagi. "Ca, bertahan ya. Mama panggilin dokter Satria dulu ya," ujar Monica.

"I--y---iya M---a--ma," jawab Ica terbata-bata karena dadanya mulai sesak lagi.

"Ca maafin aku karena nggak bisa nolongin kamu, aku suami nggak becus," Arkan berusaha untuk berdiri tapi tetap saja tidak bisa keringat yang sudah bercucuran membuat Arkan histeris.

"ARGHHHHHHH!!!!!!"

"Mas, sakit mas," keluh Ica pada Arkan.

"Kamu tenang ya, sebentar lagi Satria datang kamu sabar ya sayang,"

Ica mengangguk pelan sambil berusaha mengambil napas dan menekankan dadanya yang terasa nyeri.

"Maafin aku karena aku tidak bisa menolong kamu Ca,"

Ica tersenyum lemah. "Tidak apa-apa Mas, kamu sadar saja sudah membuat aku senang,"

"YA ALLAH ICA ARKAN ADA APA DENGAN KALIAN?" teriak Erika dan Irwan.

"Sebaiknya kita bawa Ica ke ruang UGD, Satria sedang menyiapkan ruangan UGD untuk Ica," ujar Ali.

"Sini gue bantu lo untuk ke atas brankar," ujar Ali pada Arkan.

"Kaki gue kenapa Li? Kenapa?" tanya Arkan menangis.

"Gue nggak tau pasti Kan, lebih baik lo tanya langsung sama Satria," balas Ali.

"Bu, Pak sakit," keluh Ica yang berada dipangkuan Irwan.

"Kamu tenang ya, Satria lagi menyiapkan ruangan untuk kamu," balas Irwan.

"Pak, Bu, aku ingin ikut mengantarkan Ica ke UGD," pinta Arkan.

"Tidak usah Nak, kondisi kamu belum stabil jadi biarkan diri kamu untuk istirahat ya,"

"Tapi Bu---?"

"Arkan lebih baik kamu istirahat biar suster masang infus kamu lagi, kalau kamu udah stabil baru boleh ke ruangan Ica," ujar Monica memberi nasihat.

"Arkan udah sehat Ma, cuman kaki Arkan yang nggak bisa digerakkin. ARKAN LUMPUH MA LUMPUH!" ujar Arkan penuh penekanan.

Ica segera di taruh di brankar untuk menuju ke ruangan UGD.

"Mas aku nggak apa-apa kok, lebih baik kamu istirahat ya," ujar Ica tersenyum lemah.

Setelah mengucap itu, Ica langsung segera di bawa ke ruang UGD karena kondisnya yang drop kembali.

Halo terimakasih yang sudah baca semoga suka ya!

Jangan lupa vote, komen, dan follow!

Ditunggu part selanjutnya!

Kamsahamnida

I Will Go Out Of Your LifeWhere stories live. Discover now