21. "Beautiful but Psycho"

1.4K 51 1
                                    

Kini adalah waktunya Arkan pertama kali untuk terapi sebelum pulang ke rumah, setelah di cek kondisi Arkan dan Ica oleh Satria keduanya sudah sehat dan diperbolehkan pulang tapi sebelum pulang Arkan menjalani terapi agar kakinya cepat seperti semula lagi. Arkan ditemani oleh Ica, sesuai janji Ica yang akan selalu menemani Arkan sampai Arkan sembuh.

Pertama kali terapi Arkan merasakan kakinya sangat ngilu, keringat yang bercucuran disekujur tubuh Arkan membuat Ica khawatir dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Arkan. Ica ikut membantu memegang Arkan dan berusaha untuk menguatkan Arkan. Arkan menatap Ica sebentar sambil tersenyum seolah mengatakan kalau ia baik-baik saja, Ica membalas senyuman Arkan dan mengangguk pelan seolah mengatakan kalau Arkan pasti bisa dan kuat.

"ARGHHH!!!" teriak Arkan.

Arkan merasakan ngilu yang luar biasa di kakinya. Sontak saja Ica langsung memegang bahu Arkan sambil mengusap pelan dan mengelap keringat Arkan dengan lembutnya membuat hati Arkan menghangat melihat perlakuan Ica.

Setelah 30menit menjalankan terapi akhirnya Arkan bisa bernapas lega karena ia sangat merasakan capek dan masih sedikit ngilu di kakinya.

"Bagaimana dok kondisi kaki Mas Arkan?" tanya Ica.

"Kondisi kaki Tuan Arkan masih sama, Tuan Arkan harus menjalani terapi beberapa kali lagi agar kakinya bisa seperti semula lagi," balas Dokter Helmi.

"Baik Dok, Terimakasih,"

"Ini ada resep obat yang harus ditebus dan harus rutin untuk meminum obatnya agar Kaki Tuan Arkan bisa seperti semula lagi," jelas Dokter Helmi.

Ica mengambil catatan yang diberikan Dokter Helmi. "Baik Dok terimakasih kalau begitu saya permisi dulu," pamit Ica.

"Baik, semoga lekas sembuh Tuan Arkan," ujar Dokter Helmi.

Arkan tersenyum. "Makasih Dok,"

Ica dan Arkan keluar dari ruangan sambil Ica mendorong kursi roda Arkan.

"Kita pulang naik apa?" tanya Arkan.

"Tadi Mama Agnes telpon aku katanya nanti kita di jemput sama supir yang sudah Mama Agnes cariin," jelas Ica.

Arkan mengangguk paham.

👀👀👀

Selama diperjalanan pulang Ica dan Arkan sama-sama terdiam, bukannya Arkan tidak mau mengajak Ica bicara tapi Arkan melihat muka Ica seperti memikirkan sesuatu. Arkan memegang tangan Ica sambil menatap Ica dengan lembut, Ica yang merasa tangannya digenggam Ica menoleh ke Arkan dengan tersenyum manis.

"Kamu kenapa?" tanya Arkan lembut.

"Aku nggak apa-apa kok," balas Ica tak kalah lembut.

"Kamu boleh berbohong tapi tidak dengan mata kamu sayang, kamu kenapa? Cerita ke aku,"

"Everything will be okay Mas," balas Ica yang berusaha meyakinkan Arkan.

Arkan menghembus napasnya pelan. "Yasudah kalau kamu nggak mau cerita, tapi kalau ada masalah jangan kamu tutupi sendiri ya,"

Ica mengangguk sambil tersenyum dan menyenderkan kepalanya di dada bidang Arkan dengan nyaman, Arkan langsung mengelus rambut Ica dengan lembut. Ica yang sangat nyaman berada di dada bidang Arkan hingga membuatnya tertidur.

Tak lama kemudian mereka akhirnya sampai di rumah, Arkan sebenarnya tak tega untuk membangunkan Ica tapi mau bagaimana lagi kondisi Arkan tidak memungkinkan untuk menggendong Ica, dan mau tidak mau Arkan harus membangunkan Ica.

"Sayang bangun kita udah sampai," ujar Arkan dengan menepuk pelan pipi Ica.

Ica menggeliat kecil tapi enggan untuk membuka matanya.

I Will Go Out Of Your LifeWhere stories live. Discover now